Romantic

Romantic
Cinta dan Harapan

Kamis, 21 Juli 2011

PROPOSAL PTK

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAM KELAS
Dosen Pengampu
ASEP DURRAHMAN, S.Ag

Disusun oleh :

DENI RHAMDANI SYARIF
NPM : 08.1.1463.AL.II














SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
STAI KHARISMA
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
CICURUG – SUKABUMI
2010-2011

JUDUL :
PENERAPAN METODE DEMONSTRATION GROUP INVESTIGATION DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI

PEMBELAJARAN PENYELENGGARAN JENAZAH

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI SMA Darul Hidayah Tahun Pelajaran 2010-2011)


1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dani informasi dalam era globalisasi membawa pengaruh perubahan yang signifikan dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang,baik pengaruh positif maupun negatif. Pengaruh yang positif tentu membawa manfaat bagi kemaslahatan siswa, namun tidak semuanya membawa pengaruh positif akan tetapi akibat negatif sering kali muncul dan mempengaruhi akhaq peserta didik.
Armai Arif (Jakarta, 2002) mengatakan bahwa persoalan-persoalan selalu menyelimuti dunia pendidikan sampai saat ini adalah seputar tujuan dan hasil yang tidak sejalan dengan kebutuhan masyarakat, metode pembelajaran yang statis dan kaku, sikap dan mental pendidik yang dirasa kurang mendukung proses, dan materi pembelajaran yang tidak progresif.

Towaf (1996) juga mengamati adanya kelemahan-kelemahan pendekatan yang digunakan. Ia mengatakan bahwa pendekatan yang digunakan masih cenderung normatif. Kurang kreatifnya guru agama dalam menggali metode yang biasa dipakai untuk pendidikan agama menyebabkan pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton.

Amin Abdullah, seorang fakar keislaman menyoroti kegiatan pendidikan agama yang selama ini berlangsung di sekolah. Ia mengatakan bahwa pendidikan agama kurang consern terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi “makna” dan “nilai” yang perlu diinternalisasikan dalam diri siswa lewat berbagai cara ,media dan forum. Pembelajaran lebih menitikberatkan pada aspek korespondensi tekstual yang lebih menekankan hafalan teks-teks keagamaan.

Dari berbagai pendapat tersebut, jelas bahwa metode atau strategi pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat signifikan untuk dapat mencapai tujuan pendidikan. Bahkan Ismail (2008) mengatakan bahwa metode sebagai seni dalam mentrasfer ilmu pengetahuan kepada siswa dianggap lebih signifikan dibanding dari materi itu sendiri. Sebuah adagium mengatakan bahwa “At-Thariqat Ahamm min al-Maddah” (metode jauh lebih penting dibanding materi). Ini adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh siswa, walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya materi yng cukup menarik, karena disampaikan dengan cara yag kurang menarik maka materi itu kurang dapat dicerna oleh siswa.
Selama ini, metodologi pembelajaran agama Islam yang diterapkan masih mempertahankan cara-cara lama (tradisional) seperti ceramah, menghafal dan demonstrasi praktik-praktik ibadah yang tampak kering. Seperti halnya pada materi ilmu tajwid dari masa kemasa selalu menggunakan cara-cara lama dengan ceramah dan praktek biasa dilakukan oleh guru sehingga cara-cara seperti itu diakui atau tidak, membuat siswa tampak bosan, jenuh dan kurang bersemangat dalam belajar agama.
Oleh karena itu melalui penerapan metode Demontration Group Incestigation akan dapat mengubah gaya pembelajaran yang kaku dan kurang aktif cendrung menjadikan siswa aktif dan keratif dalam belajar.
Melalui penelitian tindakan kelas ini diharapkan mampu menemukan formula yang tepat untuk diterapkan sebagai metode atau strategi dalam proses pembelajaran,dalam hal ini penulis merumuskan judul : Penerapan Metode Demonstration Group Investigation Dalam Meningkatkan Keaktifan Siswa Pada Mata Pelajaran PAI (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI SMA Darul Hidayah Semester 2 Tahun Pelajaran 2010-2011).
2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas masalah penelitian ini adalah ketidakaktifan dan ketidakseriusan siswa kelas XI SMA Darul Hidayah dalam pelaksanaan pembelajaran penyelenggaraan mengkafani jenazah.

3. Cara Pemecahan Masalah
Masalah tentang keaktifan dan keseriusan yang kurang pada siswa SMA Darul Hidayah dalam praktek penyelanggaraan jenazah akan dipecahkan dengan menggunakan strategi Demonstration Group Investigation.

4. Batasan Masalah
Mengkafani mayit merupakan ilmu terapan yang menjadi bagian dalam mempelajari tata cara Penyelanggaraan jenazah. Hal-hal yang dipelajari dalam pelajaran ini diantaranya adalah kewajiban orang yang masih hidup terhadap jenazah yang menjadi fardu kifayah. Karena keluasan ilmu yang dipelajari dalam Penyelanggaraan jenazah maka penulis membatasi penelitian hanya pada mengkafani jenazah sesuai dengan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini.
5. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, penulis merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan berikut ini :
1. Bagaimana keaktifan siswa dalam mempelajari materi mengkafani jenazah sebelum diberikan tindakan pembelajarn dengan menggunakan metode Demonstration Group Investigation.
2. Bagaimana keseriusan siswa dalam megikuti pembelajaran sebelum menggunakan Demonstration Group Investigation.
3. Seberapa besar peningkatan keaktifan dan keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran setelah menggunakan metode Demonstration Group Investigation.
6. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk :
Bagi guru sebagai bahan untuk mengevaluasi dan mengubah metode dalm pembelajaran yang berupa praktek.
Bagi siswa adalah merangsang keaktifan dan keseriusan dalam pelaksanaan praktek mengkafani jenazah yang cukup relefan serta memahami secara meyeluruh mengenai tata cara mengkafani jenazah.
7. Manfaat Hasil Penelitian
Selain memiliki tujuan, sebuah penelitian haruslah memiliki manfaat. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan kualitas keilmuan serta mengimplementasikan metode Demonstration Group Investigation dalam pembelajaran praktek penyelenggaraan jenazah.
2) Bagi Pengajar Hasil penelitian ini dapat dijadikan perbandingan dan alternatif model pembelajaran kemampuan dalam memahami tata cara mengkafani jenazah dan merespon keseriusan siswa dalam praktek.

3) Bagi Siswa
Dengan metode Demonstration Group Investigation yang memungkinkan terciptanya kondisi belajar yang menyenangkan, siswa diharapkan memiliki keaktifan dan keseriusan dalam praktek mengkafani jenazah dengan baik dan benar.
4) Bagi Pembelajaran
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan alternatif untuk menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran PAI disekolah pada umumnya, dan khususnya pembelajaran tata cara penyenggaraan jenaah melalui penerapan metode Demonstration Group Investigation.
8. Definisi Operasional
Agar tidak terdapat kesalah pahaman atau kekeliruan dalam penelitian ini maka penulis beranggapan perlu adanya penjabaran definisi, sebagai berikut :
1) Metode adalah suatu cara atau suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan
2) Demonstration berasal dari bahasa inggris yang berarti demontrasi, secara istilah demonstrasi merupakan peragaan dalam melakukan suatu kegiatan.
3) Group adalah kelompok atau pengelompokan siswa secara heterogen untuk memudahkan kegiatan.
4) Investigation adalah investigasi, memberikan sebuah gambaran dengan cara memberikan arahan-arahan mengenai kegiatan atau perkara.
5) Keaktifan berasal dari kata aktif, Istilah Kreatif memiliki makna bahwa pembelajaran harus dapat mengembangkan daya imajinasi peserta didik, karena pada dasarnya setiap orang mempunyai potensi imajinasi masing-masing sehingga melalui pembelajaran guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang mengundang daya kreatifitas anak didik.
6) Siswa adalah murid (terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah), pelajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001 : 1077).
7) Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah materi yang dipelajari atau diajarkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001 : 17) di suatu jenis dan jenjang pendidikan yang isinya menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan pengetahuan agama Islam.
8) Jadi Demonstration Group Investigation merupakan metode pengelompokan siswa atau peserta didik secara heterogen dalam pelaksanaan peragaan penyelenggaraan jenazah untuk meningkatkan keaktifan siswa.

9. Sistematika Penulisan
Sistematika penelitian ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Bagian Pertama, pendahuluan yang berisi dasar pemikiran dan latar belakang, permasalahan, pemecahan masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika penulisan. Bagian kedua, berisi landasan teori Strategi Demonstration Group Investigation. Bagian Ketiga, membahas seputar metodologi penelitian. Bagian Keempat merupakan gambaran pelaksanaan penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bagian Kelima, Simpulan dan Saran.
10. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN
1. Rencana Penelitian
1.1 Subjek penelitian
Subyek dalam peniltian ini adalah siswa kelas XI SMA Darul HIdaya kecamatan Cicurug, Kabupaten Sehabumi jumlah siswa dua puluh lima orang.
1.2 Tempat Penelitian
Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi di SMA Darul HIdaya kecamatan Cicurug, Kabupaten Sehabumi penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penlitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis.
1.3 Waktu Penelitian
Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan februari s.d April. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester II Tahun pelajaran 2010/2011.
1.4 Lama Tidakan
Waktu untuk melaksanakan tindakan pada bulan Maret, mulai dari siklus I, dan Siklus II.
2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang diterapkan dalam hal ini antara lain :
2.1 Perencanaan
Meliputi penyampaian materi pelajaran, praktek, pembahasan evaluasi, dan ulangan harian.
2.2 Tindakan ( Action )/ Kegiatan, mencakup
2.2.1 Siklus I, meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup.
2.2.2 Siklus II ( sama dengan I )
3. Refleksi, dimana perlu adanya pembahasan antara siklus – siklus tersebut untuk dapat menentukan kesimpulan atau hasil dari penelitian.

IX. JADWAL PENELITIAN
No KEGIATAN MINGGU KE……..
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perencanaan
2 Proses pembelajaran
3 Evaluasi
4 Pengumpulan Data
5 Analisis Data
6 Penyusunan Hasil
7 Pelaporan Hasil

XI. PERSONALIA PENELITI
Penelitian ini melibatkan Tim peneliti, identitas dari Tim tersebut adalah :
1. Nama : Lena Khairunnisa
: Cecep Supriadi
Pekerjaan : Guru mahasiswa
Tugas dalam penelitian : observer


















KerangkaTeoritis

Istilah strategi (strategy) berasal dari kata benda dan kata kerja dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos, merupakan gabungan kata “stratos” (militer) dengan “ago” (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan).8. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Menurut Sudjana (2000) strategi adalah.Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa strategi adalah. Kemampuan untuk merencanakan berupa tindakan secara sengaja untuk mencapai apa yang menjadi tujuan atau sasaran.
Strategi yang diterapkan dalam proses pembelajaran di sebut strategi pembelajaran. Pembelajaran merupakan perubahan istilah, sebelumnya dikenal dengan istilah proses belajar mengajar (PBM) dan kegiatan belajar mengajar (KBM). Penting ditegaskan disini perbedaan antara belajar dan pembelajaran, menurut Ismail (2008) Belajar merupakan aktifitas yang dilakukan seseorang atau peserta didik secara pribadi dan sepihak. Sementara pembelajaran itu melibatkan dua pihak, yaitu guru dan peserta didik yang di dalamnya mengandung dua unsur sekaligus, yaitu mengajar dan belajar (teaching and learning).
Menurut M. Subana dan Sunarti (2000), kata belajar berarti suatu proses perubahan tingkah laku pada siswa akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya melalui proses pengalaman dan latihan.
Belajar menurut Morris L. Bigge seperti yang dikutip Max Darsono dkk. adalah dan perubahan yang menetap dalam diri seseorang yang tidak dapat diwariskan secara genetis, Moriss menyatakan bahwa perubahan itu terjadi pada pemahaman (insight), perilaku, persepsi, motivasi, atau campuran dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dalam situasi tertentu.
Sedangkan pembelajaran, seperti yang didefinisikan Oemar Hamalik adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Mulyasa, pembelajaran pada hakikatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.Dalam pembelajaran tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan individu tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas jelas terdapat perbedaan pengertian antara belajar dengan pembelajaran, belajar lebih di titikberatkan pada proses yang dilakukan oleh seseorang untuk dapat mempunyai kompetensi tertentu yang dilakukan secara sepihak. Sedangkan pembelajaran adalah proses belajar yang dilakukan melalui interaksi antara peserta didik dengan pendidik atau lingkungannya.
Karena pembelajaran merupakan interaksi dua pihak, maka diperlukan strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Metode pembelajaran atau sering dikenal istilah strategi belajar mengajar senantiasa mengalami dinamika dalam praktik dunia pendidikan. Tidak terkecuali di negara Indonesia, dinamika tersebut terjadi dari masa kemasa seiring dengan kebijakan pemberlakuan kurikulum pendidikan mulai kurikulum 1975, 1984, 1994, KBK 2004 dan KTSP 2006. Dalam catatan sejarah pendidikan nasional, telah dikenal beberapa pendekatan atau strategi pembelajaran SAS (Sintesis, Analisis, Sistematis), CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), CTL (Contekxtual Teaching and Learning), Life Skill Education, PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) dan paling dikenal terakhir adalah istilah PAIKEM.
Istilah PAIKEM adalah merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Pengertian secara bahasa dan istilah dijelaskan secara singkat sebagai berikut. Istilah Aktif menurut Ismail SM (2008) pembelajaran adalah proses aktif membangun makna dan pemahaman dari informasi, ilmu pengetahuan maupun pengalaman oleh peserta didik sendiri.

Dalam proses pembelajaran semestinya siswa tidak dijadikan layaknya bapak-bapak atau ibu-ibu pengajian yang hanya duduk manis dan siap mendengarkan tentang ilmu pengetahuan dan informasi dari sang guru. Lebih dari itu seorang guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana yang memungkinkan siswa untuk aktif menemukan, memproses dan mengkontruksi ilmu pengetahuan dan keterampilan baru.
Istilah Inovatif yang dimaksud selama proses pembelajaran diharapkan muncul ide-ide baru atau inovasi-inovasi positif yang keluar dari peserta didik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Istilah Efektif yaitu bahwa model pembelajaran apapun dengan waktu yang relatif singkat seyogyanya mampu mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal, hal ini dibuktikan dengan peserta didik memiliki kompetensi baru setelah proses pembelajaran. Istilah Menyenangkan, faktor inilah yang seringkali terabaikan, suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan akan menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan maksimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar