Romantic

Romantic
Cinta dan Harapan

Minggu, 03 Juli 2011

makalah wanita

Selamatkanlah Kaum Wanita
Oleh : Deramsyar
Pada masa modern ini, pembicaraan tentang wanita adalah termasuk pembicaraan yang telah menyita banyak waktu semua orang, dari kalangan intelektual maupun dari kalangan awam. Betapa tidak, kaum wanita dengan kelemahlembutannya dapat melakukan hal-hal spektakuler yang dapat mengguncangkan dunia. Dengan kelemahlembutannya itu ia dapat melahirkan tokoh-tokoh besar yang dapat membangun dunia. Namun dengan kelemahlembutannya pulalah ia dapat menjadi penghancur dunia yang paling potensial.
Siapapun yang mencoba mempelajari kondisi kaum wanita sebelum Islam maka ia temukan hanyalah sekumpulan fakta yang tidak menggembirakan. Ia akan terheran-heran menyaksikan kondisi kaum wanita yang sangat berbeda antara suatu bangsa dengan bangsa yang lain, bahkan antara satu suku dengan suku yang lain. Di suatu bangsa ia melihat kaum wanita menjadi penguasa tertinggi, sementara pada bangsa yang lain mereka manjadi makhluk yang terhina dan dianggap aib bahkan dikubur hidup-hidup.
Itulah kondisi kaum wanita di masa jahiliyah; ibarat barang yang terhina dalam keluarga dan masyarakat, diperbudak oleh kaum pria. Hari kelahirannya adalah hari di mana semua wajah menjadi kecewa, dan tidak lama kemudian ia akan dikubur hidup-hidup dalam kubangan tanah yang digali oleh ayahnya sendiri. Inilah akibat dari jauhnya akal masyarakat dari cahaya wahyu. Inilah gambaran umat yang dilahirkan oleh berhalaisme dan dididik oleh para tukang sihir dan peramal.
Pahamlah kita bagaimana kejahiliyahan menenggelamkan masyarakat Arab saat itu ke dalam pojok-pojok kegelapan peradaban, hingga akhirnya terbitlah fajar Islam lalu terdengarlah di penjuru dunia untuk pertama kalinya. Islam bahkan telah menjadikan ibu sebagai orang yang lebih dihormati daripada seorang ayah.
قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ أَبُرُّ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أَبَاكَ. (رواه البخاري ومسلم).
Seorang pria bertanya: “Wahai Rasulullah! Kepada siapakah aku berbakti?” Beliau menjawab: ”Ibumu” Ia bertanya lagi: “lalu kepada siapa?” beliau menjawab: “Ibumu.” kemudian ia bertanya lagi: “lalu kepada siapa ? beliau menjawab: “Ibumu” kemudian ia bertanya lagi “lalu kepada siapa ?” barulah beliau berkata: “ayahmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Islam telah meletakkan jalinan yang kuat dan kokoh untuk menjaga kaum wanita. Bila mereka berpegang padanya mereka akan selamat, sebaliknya bila mereka menyia-nyiakannya maka mereka akan sesat dan binasa. Jalinan itu adalah sifat “Al-Hasymah” (bersikap malu) dan “Al-Afaf” (menjaga kesucian) yang kemudian memberikan konsekwensi agar seorang wanita mengenakan hijab syar’i, dan menghindari percampurbauran dengan kaum pria; yang semuanya itu menjadikannya ibarat sebuah permata bernilai tinggi di kedalaman lautan yang tidak di jamah kecuali orang yang berhak untuk itu. Islam memandang bahwa percampurbauran antara pria dan wanita (ikhthilath) sebagai sebuah bahaya yang sangat nyata, oleh karena itu Islam mencegahnya dan menggantinya dengan mensyariatkan pernikahan.
Ketahuilah bahwa musuh-musuh Islam telah mengetahui bagaimana nilai hijab syar’i dalam melindungi seorang muslimah, dalam menjaga kesucian dan kemuliaannya. Oleh karena itu, kita dapat melihat bagaimana mereka memerangi hijab muslimah tanpa ampun. Suatu waktu mereka menyebutnya sebagai sebuah kedzaliman dan kejahatan atas wanita., atau sebagai penghalang yang merintangi berkembangnya dunia ketiga, atau dikali lain mereka menyebutnya sebagai budaya Arab saja.
Siapapun di dunia ini yang memiliki akal sehat akan dapat melihat permusuhan yang amat nyata dari kaum Yahudi dan Nashrani khususnya kepada umat Islam. Semuanya dapat melihat dengan jelas bagaimana mereka selalu menjadikan wanita muslimah sebagai sasaran mereka. Bukankah kaum Yahudi telah memancangkan permusuhannya terhadap hijab sejak mereka mengatur siasat untuk merobek hijab seorang muslimah dan menampakkan auratnya di pasar Bani Qainuqa’??!.Dan hingga kinipun, permusuhan itu tetap membara, sebab mereka mengetahui bahwa rusaknya kaum wanita pertanda rusaknya tatanan masyarakat, sebagaimana semboyan dalam Islam yang mengatakan “Annissa ‘imaadul bilaad idza sholuhat soluhal bilaad kulluh, wa idza fasadat fasadal kulluh” (artinya wanita itu tiang negara, bila baik maka baiklah negara, dan bila wanita rusak, rusaklah negara).
Namun sangat disayangkan, entah berapa banyak dari kaum muslimah yang menyerahkan diri mereka kepada tipu-daya mereka. Entah berapa banyak dari kaum muslimah yang turut serta membantu mereka memerangi hijab syar’i ini. Mereka inilah para korban “brain washing” yang dilancarkan oleh kaum kafir dalam berbagai aspek kehidupan.
Sesungguhnya wanita-wanita, saudari-saudari kita, dan putri-putri kita adalah bunga-bunga yang menghiasi taman kehidupan kita. Mereka adalah belahan hati kita semua. Namun hampir-hampir saja kita tidak lagi dapat merasakan keindahan bunga itu karena ada sebuah tiupan angin kencang yang sebentar lagi akan merenggutnya. Apakah kita sekalian mengetahui angin kencang apakah itu?.Ia adalah angin westernisasi yang mengajak mereka melepaskan hijabnya, yang mendorong mereka untuk bercampur baur dengan kaum pria dan membisiki mereka agar membuang rasa malu mereka untuk bercampur-baur dengan kaum pria. Angin kencang ini ditiupkan melalui lembaran-lembaran surat kabar dan majalah, melalui roman-roman percintaan, melalui siaran-siaran televisi dan radio atau media-media informasi lainnya.
Mereka telah mendorong kaum wanita mengubur sendiri dirinya hidup-hidup;bukan di dalam tanah, tetapi karena sifat malu mereka yang telah hilang, kehormatan mereka yang tercabik-cabik, dan kesucian mereka yang telah ternoda! lalu apakah gunanya hidup mereka setelah itu? Mereka telah melakukan perbuatan yang lebih keji dari apa yang pernah terjadi di masa Jahiliyah dulu. Namun di zaman ini, para wanita itulah yang mengubur dirinya sendiri hingga hilang rasa malu. Dan balasan untuk mereka pun begitu menakutkan, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda tentang wanita yang seperti ini:
وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا.
“Dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang yang melenggak lenggok, kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk onta, mereka itu tidak akan masuk Surga dan tidak mendapatkan baunya.” (HR. Muslim).
Ketika berbicara wanita tidak terlepas dari yang namanya istri. Pondasi istri yang sholihah yaitu mereka yang menjaga kehormatan pribadi dan yang menjadi tanggungannya, karena kalau kita lihat secara harfiah kata ISTRI dapat kita uraikan satu persatu dari kata istri tersebut.
Huruf I (dari kata istri) menandakan Iman, Islam, Ihsan yang harus dimiliki oleh seorang istri sholihah dengan terus mempertahankan dan meningkatkan keimanan, keislaman, dan keihsanan dalam berbagai situasi dan kondisi. Huruf S (dari kata istri) dapat diuraikan sebagai kata dari sabar, sholat, shidiq, dengan kata lain bahwa seorang istri sholihah harus memiliki jiwa kesabaran dalam mengurus rumah tangga dan menjadi penyejuk bagi suami dan putra-putrinya. Sedangkan sholat, merupakan kewajiban bagi pemeluk Islam sedangkan khususnya bagi istri dengan menjaga sholatnya bararti telah menghidupkan cahaya dalam rumahnya dan menjadi benteng, Allah berfirman :
اِنَّ الصَّلوَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
(Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar).
Huruf T (dari kata istri) dapat diuraikan menjadi taat, apakah kepada suami atau aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh syar’i. Huruf R (dari kata istri) dapat diambil dari kata Ridho, istri yang sholeh haruslah ridho dan menerima akan kemampuan suaminya, baik yang bersifat materi maupun non materi bahkan harus mensyukurinya. Huruf I (dari kata istri) adalah istiqomah, maksudnya bahwa istri sholehah haruslah istiqomah dalam melakukan segala aktivitas di dalam rumah tangga.
Kaum muslimah para hamba Allah yang berbahagia! melalui pengajian bulanan yang mulia ini marilah kita jaga martabat wanita dengan jalan terus mendekatkan diri kita kepada Allah dan menjalankan hak-hak kita selaku kaum wanita, demi terciptanya kelestarian kehidupan di dunia ini, karena hanya kaum wanitalah yang diberikan kelebihan oleh Allah untuk melahirkan seorang anak, yang tentunya generasi yang unggul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar