Romantic

Romantic
Cinta dan Harapan

Senin, 05 Desember 2011

novel singkat

PESONA BIDADARI
Oleh Deramsyar
Secrets of the Heart
KAHLIL GIBRAN
K
emankah engkau akan memanduku, oh... Bidadari yang mempesona, dan berapa lama lagi kuikuti jejakmu dijalan berliku ini dengan duri? Berapa lama kita akan naik dan turun dijalan yang berliku ini dengan penuh kesakitan?
Bak seorang bocah mengikuti ibunya, kuikuti engkau, memegangi ujung gaunmu, melupakan impian-impianku, dan menatap kecantikanmu yang menyilaukan mataku di bawah pesona, demi perarakan hantu-hantu yang melayang-layang di atasku, dan menarikmu lewat suatu kekuatan batin di dalam diriku tak bisa kusangkal.
Berhentilah sejenak, biarkan aku memandangi wajahmu; dan memandang diriku ; mungkin aku dapat mempelajari rahasia-rahasia hatimu melalui tatapanmu yang ganjil.
Berhentilah dan beristirahatlah, lantaran aku letih dan sukmaku bergetar karena takut di atas jalan mengerikan ini.
Berhentilah, karena kita telah mencapai persimpangan yang mengerikan dimana kematian memeluk kehidupan.
Oh bidadari, dengarkan aku.. Aku bebas bagai burung, menyelidik lembah-ngarai dan hutan belantara, dan terbang di langit luas. Pada malam hari daku istirahat di atas kuil-kuil dan istana-istana di kota.
Mega-mega berwarna dimana sang surya berjaga di pagi hari dan binasa dihadapan senja.
Daku bak segumpal pikiran, berjalan-jalan sendiri dalam damai menuju timur dan barat semesta, merasa riang akan kecantikan kedalam rahasia yang mata indah dari kebenaran.
Aku bagai sebuah mimpi, pergi dengan diam-diam di bawah sayap-sayap malam yang ramah, masuk malalui tingkap-tingkap tertutup kedalam kamar anak-anaka dara, mempermainkan dan membangkitkan harapan mereka.. Lantas aku duduk dekat anak-anak belia itu dan mengacaukan keinginannya...laku kuperiksa tempat tinggal oang-orang tua dan merasuki pikiran-pikiran mereka dengan kesenangan yang tentaram.
Kemudian engkau menangkap imajiku dan sejak tersihir itu aku merasa seperti seorang tawanan menyerat belenggunya dan dipaksa memasuki sebuah tempat tak dikenal ....
Aku telah mabuk karena menisnya anggurmu yang telah mencuri hasratku, dan kini kutemukan bibirku dengan tajam. Tidakkah engkau melihat dengan mata batinmu yang menghancurkan hatiku?
Berhenti sejenak, kuperoleh kembali kekuatanku dan melepas kepenatan kakiku dari rantai-rantai yang berat. Telah aku pecahkan cawan dimana aku meminum racun nikmat...
Tapi kini aku berada di suatu negeri asing dan membingungkan; jalan mana yang akan kutumpuh?
Kebebasan telah pulih, akankah kini engkau mengakui aku sebagai seorang sahabat sejati, yang memandang mata sang surya dengan mata terbuka dan memegang bara api dengan jari-jemari yang tak bergetar?
Telah kurentangkan sayap-sayapku dan daku siap melayang; akankah engkau menyertai seorang pemuda melewatkan hari-hari pengembaraannya, melintasi gunung-gunung bagai elang, melawatkan malam-malam dalam pengembaraannya di gurun-gurun bagai singa yang gelisah?
Akankah engkau mengisi dirimu dengan kasih sayang seseorang yang memandang cinta hanya seperti seorang penghjibur, dan menolak menerimanya sebagai mejikannya?
Akankah engkau menerima segemgam hati yang mencinta, namun tak pernah meleleh?
Akankah engakau merasa senang dengan jiwa yang menggigil di hadapan prahara, namun tak pernah menyerah?
Akankah engaku menerima bahwa seorang budak dapat menjadi seorang merdeka?
Akankah engakau memiliki diriku tapi tidak mengusaiku, dengan mengambil tubuhku dan bukan hatiku?
Inilah tanganku, genggamlah dengan keindahan;
Inilah tubuhku, peluklah dengan tangan cintamu;
Inilah bibirku, berkahilah dengan ciuman mendalam yang memabukan.

Mungkin aku terlahir pada masa yang tidak tepat dimana cinta tidak lebih dari sebuah dongeng indah pengantar tidur Dan ketika aku terbangun esok hari cerita pilu tentang cinta kembali terulang Betapa cinta yang “katanya” indah tak bisa aku temukan

Kita tidak akan sanggup mengekang amarah dan hawa nafsu secara keseluruhan hingga ga’meninggalkan bekas apapun dalam diri kita. Namun jika mencoba untuk me-ngendalikan keduanyadengan cara latihan dan kesungguhan yang kuat, tentu kita akan bisa. (Imam al Ghazali)

Rabu, 30 November 2011

trik cinta

Tip n Trik Mengatasinya
Saat masa dimana perasaan ’itu’ datang maka :
- janganlah mengekspresikan rasa yang muncul itu dengan perasaan dan pemikiran kita, apalagi dengan sikap dan perilaku kita
- sembunyikanlah perasaan tersebut cukup Allahlah yang mengetahuinya, agar tidak mengganggu orang lain dan mempermalukan diri serta keluarga
- berlindunglah kepadaNya jangan sampai tergoda
- berpalinglah pada istri dan suami kita, gaulilah mereka
- kurangi interaksi dengan ’sang pengagum’, jika perlu hindarilah dia
- perbanyak sholat malam dan shaum sunat
- berolahragalah agar energi kita tersalurkan
- buatlah diri kita bener-benar sibuk sehingga perasaan dan pikiran kita tidak tertambat pada sang pengagum
- ingatlah jika hal ini terjadi pada pasangan kita, apa yang kita rasakan
- selalu ingatlah bahwa Allah maha pedih adzabnya
Evaluasi Diri
Bagaimana bisa…banyak ayat yang telah kita hafal…tetapi mengapa tidak dapat menjadi syifa bagi hati yang gundah gulana ditempa perasaan yang meluap-luap terhadap orang bukan selayaknya???
Bagaimana mungkin bibir ini basah dengan dzikir untuk mengingat Allah, tetapi tidak bisa menjadi terapi bagi lisan yang terus-menerus menyebutkan dan menyanjung sang pengagum???
Katakan TIDAK pada hawa nafsu….dan nyatakan mulai detik ini sampai selama-selamanya syetan adalah musuh utama kita…seperti Ibrahim AS nyatakan itu di padang pasir pada saat syetan menggodanya untuk berpaling dari titah perintah Allah
Bagaimana mungkin ar rasyi…bisa bergetar mendengar do’a kita jika hati kita dan qolbu kita kotor????
Bagaimana mungkin generasi penerus cita-cita luhur pengemban amanah akan terhantar dari tangan kita jika tangan penuh dengan lumpur dosa???
Bagaimana mungkin do’a kita bisa menggedor pintu langit dan malaikat menyambutnya...kalau lisan kita penuh dusta....???
Bagaimana mungkin rahmat Allah menyapa kita, jika otak kita penuh dengan siasah dan taktik licik untuk menipuNya?
Sekali lagi saudaraku katakan TIDAK pada hawa nafsu, pada syetan laknatullah
Janganlah mengikuti langkah-langkah syetan dan berbohonglah pada perasaanmu sendiri, berbohonglah pada hawa nafsu yang akan membuatmu celaka
Dan terakhir...

semple SK

SURAT KEPUTUSAN
Nomor : 1027/F.LPPM/SK/K/XI/2011

DIREKTUR YNP LPPM - RI

Yang bertanda Tangan di bawah ini Diektur Yayasan Nasioanal Putra Lembaga Pendidikan dan Pengatahuan Masyarakat Republik Indonesia, Menerangkan bahwa :

Nama : Deni Rhamdani Syarif, S.Pd.I
Tempat/Tanggal Lahir : 29 Juni 1982
Jenis Kelamin : laki-laki
Pendidikan : S1
Jabatan : Guru
Masa Kerja : 1 Tahun 1 Bulan
Unit Kerja : SMK 2 LPPM-RI Cidahu

1. Adalah benar tercatat sebagai guru tetap Yayasan di SMK 2 LPPM-RI Cidahu, sejak tanggal 01 Oktober 2011 s/d sekarangan.
2. Sebagai pengguna SK Guru Tetap Yayasan (GTY) yang hilang.


Demkian surat keterangan ini dibuat ubtuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Batujajar
Pada Tanggal : 3 November 2011
Direktur YNP LPPM-RI





RMQ. Bani Agung, S.Pd
NIP. 19740812200571802

Kamis, 21 Juli 2011

PROPOSAL PTK

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAM KELAS
Dosen Pengampu
ASEP DURRAHMAN, S.Ag

Disusun oleh :

DENI RHAMDANI SYARIF
NPM : 08.1.1463.AL.II














SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
STAI KHARISMA
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
CICURUG – SUKABUMI
2010-2011

JUDUL :
PENERAPAN METODE DEMONSTRATION GROUP INVESTIGATION DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI

PEMBELAJARAN PENYELENGGARAN JENAZAH

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI SMA Darul Hidayah Tahun Pelajaran 2010-2011)


1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dani informasi dalam era globalisasi membawa pengaruh perubahan yang signifikan dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang,baik pengaruh positif maupun negatif. Pengaruh yang positif tentu membawa manfaat bagi kemaslahatan siswa, namun tidak semuanya membawa pengaruh positif akan tetapi akibat negatif sering kali muncul dan mempengaruhi akhaq peserta didik.
Armai Arif (Jakarta, 2002) mengatakan bahwa persoalan-persoalan selalu menyelimuti dunia pendidikan sampai saat ini adalah seputar tujuan dan hasil yang tidak sejalan dengan kebutuhan masyarakat, metode pembelajaran yang statis dan kaku, sikap dan mental pendidik yang dirasa kurang mendukung proses, dan materi pembelajaran yang tidak progresif.

Towaf (1996) juga mengamati adanya kelemahan-kelemahan pendekatan yang digunakan. Ia mengatakan bahwa pendekatan yang digunakan masih cenderung normatif. Kurang kreatifnya guru agama dalam menggali metode yang biasa dipakai untuk pendidikan agama menyebabkan pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton.

Amin Abdullah, seorang fakar keislaman menyoroti kegiatan pendidikan agama yang selama ini berlangsung di sekolah. Ia mengatakan bahwa pendidikan agama kurang consern terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi “makna” dan “nilai” yang perlu diinternalisasikan dalam diri siswa lewat berbagai cara ,media dan forum. Pembelajaran lebih menitikberatkan pada aspek korespondensi tekstual yang lebih menekankan hafalan teks-teks keagamaan.

Dari berbagai pendapat tersebut, jelas bahwa metode atau strategi pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat signifikan untuk dapat mencapai tujuan pendidikan. Bahkan Ismail (2008) mengatakan bahwa metode sebagai seni dalam mentrasfer ilmu pengetahuan kepada siswa dianggap lebih signifikan dibanding dari materi itu sendiri. Sebuah adagium mengatakan bahwa “At-Thariqat Ahamm min al-Maddah” (metode jauh lebih penting dibanding materi). Ini adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh siswa, walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya materi yng cukup menarik, karena disampaikan dengan cara yag kurang menarik maka materi itu kurang dapat dicerna oleh siswa.
Selama ini, metodologi pembelajaran agama Islam yang diterapkan masih mempertahankan cara-cara lama (tradisional) seperti ceramah, menghafal dan demonstrasi praktik-praktik ibadah yang tampak kering. Seperti halnya pada materi ilmu tajwid dari masa kemasa selalu menggunakan cara-cara lama dengan ceramah dan praktek biasa dilakukan oleh guru sehingga cara-cara seperti itu diakui atau tidak, membuat siswa tampak bosan, jenuh dan kurang bersemangat dalam belajar agama.
Oleh karena itu melalui penerapan metode Demontration Group Incestigation akan dapat mengubah gaya pembelajaran yang kaku dan kurang aktif cendrung menjadikan siswa aktif dan keratif dalam belajar.
Melalui penelitian tindakan kelas ini diharapkan mampu menemukan formula yang tepat untuk diterapkan sebagai metode atau strategi dalam proses pembelajaran,dalam hal ini penulis merumuskan judul : Penerapan Metode Demonstration Group Investigation Dalam Meningkatkan Keaktifan Siswa Pada Mata Pelajaran PAI (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI SMA Darul Hidayah Semester 2 Tahun Pelajaran 2010-2011).
2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas masalah penelitian ini adalah ketidakaktifan dan ketidakseriusan siswa kelas XI SMA Darul Hidayah dalam pelaksanaan pembelajaran penyelenggaraan mengkafani jenazah.

3. Cara Pemecahan Masalah
Masalah tentang keaktifan dan keseriusan yang kurang pada siswa SMA Darul Hidayah dalam praktek penyelanggaraan jenazah akan dipecahkan dengan menggunakan strategi Demonstration Group Investigation.

4. Batasan Masalah
Mengkafani mayit merupakan ilmu terapan yang menjadi bagian dalam mempelajari tata cara Penyelanggaraan jenazah. Hal-hal yang dipelajari dalam pelajaran ini diantaranya adalah kewajiban orang yang masih hidup terhadap jenazah yang menjadi fardu kifayah. Karena keluasan ilmu yang dipelajari dalam Penyelanggaraan jenazah maka penulis membatasi penelitian hanya pada mengkafani jenazah sesuai dengan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini.
5. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, penulis merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan berikut ini :
1. Bagaimana keaktifan siswa dalam mempelajari materi mengkafani jenazah sebelum diberikan tindakan pembelajarn dengan menggunakan metode Demonstration Group Investigation.
2. Bagaimana keseriusan siswa dalam megikuti pembelajaran sebelum menggunakan Demonstration Group Investigation.
3. Seberapa besar peningkatan keaktifan dan keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran setelah menggunakan metode Demonstration Group Investigation.
6. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk :
Bagi guru sebagai bahan untuk mengevaluasi dan mengubah metode dalm pembelajaran yang berupa praktek.
Bagi siswa adalah merangsang keaktifan dan keseriusan dalam pelaksanaan praktek mengkafani jenazah yang cukup relefan serta memahami secara meyeluruh mengenai tata cara mengkafani jenazah.
7. Manfaat Hasil Penelitian
Selain memiliki tujuan, sebuah penelitian haruslah memiliki manfaat. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan kualitas keilmuan serta mengimplementasikan metode Demonstration Group Investigation dalam pembelajaran praktek penyelenggaraan jenazah.
2) Bagi Pengajar Hasil penelitian ini dapat dijadikan perbandingan dan alternatif model pembelajaran kemampuan dalam memahami tata cara mengkafani jenazah dan merespon keseriusan siswa dalam praktek.

3) Bagi Siswa
Dengan metode Demonstration Group Investigation yang memungkinkan terciptanya kondisi belajar yang menyenangkan, siswa diharapkan memiliki keaktifan dan keseriusan dalam praktek mengkafani jenazah dengan baik dan benar.
4) Bagi Pembelajaran
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan alternatif untuk menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran PAI disekolah pada umumnya, dan khususnya pembelajaran tata cara penyenggaraan jenaah melalui penerapan metode Demonstration Group Investigation.
8. Definisi Operasional
Agar tidak terdapat kesalah pahaman atau kekeliruan dalam penelitian ini maka penulis beranggapan perlu adanya penjabaran definisi, sebagai berikut :
1) Metode adalah suatu cara atau suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan
2) Demonstration berasal dari bahasa inggris yang berarti demontrasi, secara istilah demonstrasi merupakan peragaan dalam melakukan suatu kegiatan.
3) Group adalah kelompok atau pengelompokan siswa secara heterogen untuk memudahkan kegiatan.
4) Investigation adalah investigasi, memberikan sebuah gambaran dengan cara memberikan arahan-arahan mengenai kegiatan atau perkara.
5) Keaktifan berasal dari kata aktif, Istilah Kreatif memiliki makna bahwa pembelajaran harus dapat mengembangkan daya imajinasi peserta didik, karena pada dasarnya setiap orang mempunyai potensi imajinasi masing-masing sehingga melalui pembelajaran guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang mengundang daya kreatifitas anak didik.
6) Siswa adalah murid (terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah), pelajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001 : 1077).
7) Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah materi yang dipelajari atau diajarkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001 : 17) di suatu jenis dan jenjang pendidikan yang isinya menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan pengetahuan agama Islam.
8) Jadi Demonstration Group Investigation merupakan metode pengelompokan siswa atau peserta didik secara heterogen dalam pelaksanaan peragaan penyelenggaraan jenazah untuk meningkatkan keaktifan siswa.

9. Sistematika Penulisan
Sistematika penelitian ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Bagian Pertama, pendahuluan yang berisi dasar pemikiran dan latar belakang, permasalahan, pemecahan masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika penulisan. Bagian kedua, berisi landasan teori Strategi Demonstration Group Investigation. Bagian Ketiga, membahas seputar metodologi penelitian. Bagian Keempat merupakan gambaran pelaksanaan penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bagian Kelima, Simpulan dan Saran.
10. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN
1. Rencana Penelitian
1.1 Subjek penelitian
Subyek dalam peniltian ini adalah siswa kelas XI SMA Darul HIdaya kecamatan Cicurug, Kabupaten Sehabumi jumlah siswa dua puluh lima orang.
1.2 Tempat Penelitian
Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi di SMA Darul HIdaya kecamatan Cicurug, Kabupaten Sehabumi penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penlitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis.
1.3 Waktu Penelitian
Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan februari s.d April. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester II Tahun pelajaran 2010/2011.
1.4 Lama Tidakan
Waktu untuk melaksanakan tindakan pada bulan Maret, mulai dari siklus I, dan Siklus II.
2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang diterapkan dalam hal ini antara lain :
2.1 Perencanaan
Meliputi penyampaian materi pelajaran, praktek, pembahasan evaluasi, dan ulangan harian.
2.2 Tindakan ( Action )/ Kegiatan, mencakup
2.2.1 Siklus I, meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup.
2.2.2 Siklus II ( sama dengan I )
3. Refleksi, dimana perlu adanya pembahasan antara siklus – siklus tersebut untuk dapat menentukan kesimpulan atau hasil dari penelitian.

IX. JADWAL PENELITIAN
No KEGIATAN MINGGU KE……..
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perencanaan
2 Proses pembelajaran
3 Evaluasi
4 Pengumpulan Data
5 Analisis Data
6 Penyusunan Hasil
7 Pelaporan Hasil

XI. PERSONALIA PENELITI
Penelitian ini melibatkan Tim peneliti, identitas dari Tim tersebut adalah :
1. Nama : Lena Khairunnisa
: Cecep Supriadi
Pekerjaan : Guru mahasiswa
Tugas dalam penelitian : observer


















KerangkaTeoritis

Istilah strategi (strategy) berasal dari kata benda dan kata kerja dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos, merupakan gabungan kata “stratos” (militer) dengan “ago” (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan).8. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Menurut Sudjana (2000) strategi adalah.Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa strategi adalah. Kemampuan untuk merencanakan berupa tindakan secara sengaja untuk mencapai apa yang menjadi tujuan atau sasaran.
Strategi yang diterapkan dalam proses pembelajaran di sebut strategi pembelajaran. Pembelajaran merupakan perubahan istilah, sebelumnya dikenal dengan istilah proses belajar mengajar (PBM) dan kegiatan belajar mengajar (KBM). Penting ditegaskan disini perbedaan antara belajar dan pembelajaran, menurut Ismail (2008) Belajar merupakan aktifitas yang dilakukan seseorang atau peserta didik secara pribadi dan sepihak. Sementara pembelajaran itu melibatkan dua pihak, yaitu guru dan peserta didik yang di dalamnya mengandung dua unsur sekaligus, yaitu mengajar dan belajar (teaching and learning).
Menurut M. Subana dan Sunarti (2000), kata belajar berarti suatu proses perubahan tingkah laku pada siswa akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya melalui proses pengalaman dan latihan.
Belajar menurut Morris L. Bigge seperti yang dikutip Max Darsono dkk. adalah dan perubahan yang menetap dalam diri seseorang yang tidak dapat diwariskan secara genetis, Moriss menyatakan bahwa perubahan itu terjadi pada pemahaman (insight), perilaku, persepsi, motivasi, atau campuran dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dalam situasi tertentu.
Sedangkan pembelajaran, seperti yang didefinisikan Oemar Hamalik adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Mulyasa, pembelajaran pada hakikatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.Dalam pembelajaran tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan individu tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas jelas terdapat perbedaan pengertian antara belajar dengan pembelajaran, belajar lebih di titikberatkan pada proses yang dilakukan oleh seseorang untuk dapat mempunyai kompetensi tertentu yang dilakukan secara sepihak. Sedangkan pembelajaran adalah proses belajar yang dilakukan melalui interaksi antara peserta didik dengan pendidik atau lingkungannya.
Karena pembelajaran merupakan interaksi dua pihak, maka diperlukan strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Metode pembelajaran atau sering dikenal istilah strategi belajar mengajar senantiasa mengalami dinamika dalam praktik dunia pendidikan. Tidak terkecuali di negara Indonesia, dinamika tersebut terjadi dari masa kemasa seiring dengan kebijakan pemberlakuan kurikulum pendidikan mulai kurikulum 1975, 1984, 1994, KBK 2004 dan KTSP 2006. Dalam catatan sejarah pendidikan nasional, telah dikenal beberapa pendekatan atau strategi pembelajaran SAS (Sintesis, Analisis, Sistematis), CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), CTL (Contekxtual Teaching and Learning), Life Skill Education, PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) dan paling dikenal terakhir adalah istilah PAIKEM.
Istilah PAIKEM adalah merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Pengertian secara bahasa dan istilah dijelaskan secara singkat sebagai berikut. Istilah Aktif menurut Ismail SM (2008) pembelajaran adalah proses aktif membangun makna dan pemahaman dari informasi, ilmu pengetahuan maupun pengalaman oleh peserta didik sendiri.

Dalam proses pembelajaran semestinya siswa tidak dijadikan layaknya bapak-bapak atau ibu-ibu pengajian yang hanya duduk manis dan siap mendengarkan tentang ilmu pengetahuan dan informasi dari sang guru. Lebih dari itu seorang guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana yang memungkinkan siswa untuk aktif menemukan, memproses dan mengkontruksi ilmu pengetahuan dan keterampilan baru.
Istilah Inovatif yang dimaksud selama proses pembelajaran diharapkan muncul ide-ide baru atau inovasi-inovasi positif yang keluar dari peserta didik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Istilah Efektif yaitu bahwa model pembelajaran apapun dengan waktu yang relatif singkat seyogyanya mampu mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal, hal ini dibuktikan dengan peserta didik memiliki kompetensi baru setelah proses pembelajaran. Istilah Menyenangkan, faktor inilah yang seringkali terabaikan, suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan akan menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan maksimal.

makalah psikologi agama

MENGAPA MANUSIA HARUS BERAGAMA
MAKALAH
Dibuat untuk memenuhi tugas individu pengganti UTS pada mata kuliah Psikologi Belajar Agama
Dosen Pengampu
AAB ABDUL MALIK, S.Ag

Disusun oleh :
DERAMSYAR
NPM : //////AL.II














SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
STAI KHARISMA
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
CICURUG – SUKABUMI
2010-2011



KATA PENGANTAR

Puja dan puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan pertolongan-Nya penyusunan makalah yang sangat sederhana dan sesuai kemampuan ini dapat penulis selesaikan, Shalawat serta Salam semoga tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, sebab dengan pimpinannyalah kami senantiasa mendapatkan kemudahan dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini berjudul Mengapa Manusia Harus Bergama, yang didalamnya penulis membahas mengenai pengertian agama dan mengapa harus beragama, Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Permohonan maaf kami sampaikan kepada semua pihak atas segala kekurangan yang masih terdapat di dalam makalah ini. Untuk itu kami nantikan kritik dan saran konstruktif guna perbaikan pada makalah kami berikutnya.


Cicurug, Juni 2011

Penyusun













DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Perumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PENBAHASAN
A. Pengertian Din 2
B. Dimensi Keyakinan 2
C. Mengapa Kita Beragama 3
D. Teori-Teori Kemunculan Agama 4
E. Tiingkatan Beragma 6
BAB III KESIMPULAN .............................................................................................. 8
Daftar Pustaka













BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkataan di atas sangat tepat dan pada tempatnya, mengingat banyak orang yang beragama, tetapi tidak mengenal agamanya dengan baik. Padahal, mengenai agama seharusnya berada pada tahapan awal sebelum mengamalkan ajarannya. Tetapi secara realita, keberagamaan sebagian besar dari mereka tidak sebagaimana mestinya. Nah, dalam kesempatan ini kami akan memberikan penjelasan tentang mengapa kita beragama dan bagaimana seharusnya kita beragama. Sehingga kita beragama atas dasar bashirah (pengetahuan, pengertian, dan bukti).
Allah Ta’ala berfirman : "Katakanlah (wahai Muhammad). Inilah jalan-Ku. Aku mengajak kepada Allah dengan bashirah (hujjah yang nyata)" (QS Yusuf, 12 : 108).
Namun sebelum menjawab dua pertanyaan di atas, ada baiknya kami terlebih dulu membicarakan tentang din itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diaaatas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagi berilut :
1. Mengapa manussia harus beragama?
2. Bagaimana tingkatan-tingkatan beragama seseorang?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagi berikut :
1. Untuk memenuhia tugas indivudu pengganti UTS pada mata kuliah Psikilogi Belajar Agama
2. Untuk mengetahui mengapa manusia harus beragama
3. Untuk mengetahui tingkatan-tingkatan beragama seseorang





BAB II
PEMBAHANSAN

A. Pengertian Din
Din berasal dari bahasa Arab dan dalam Alquran disebutkan sebanyak 92 kali. Menurut arti bahasa (etimologi), din diartikan sebagai balasan dan ketaatan. Dalam arti balasan, Alquran menyebutkan kata din dalam surat Al-Fatihah ayat 4, Maliki Yaumiddin (Dialah Pemilik (Raja) Hari Pembalasan)." Demikian pula dalam sebuah hadis, din diartikan sebagai ketaatan. Rasulullah Saww bersabda : "Ad-diinu nashiihah (agama adalah ketaatan)." Sedangkan menurut terminologi teologi, din diartikan sebagai : "sekumpulan keyakinan, hukum, norma yang akan mengantarkan seseorang kepada kebahagiaan manusia, baik di dunia maupun akhirat."

Berdasarkan hal di atas, din mencakup tiga dimensi : (1) keyakinan (akidah); (2) hukum (syariat); dan (3) norma (akhlak). Ketiga dimensi tersebut dikemas sedemikian rupa sehingga satu sama lain lain saling berkaitan, dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Dengan menjalankan din, kebahagiaan, kedamaian, dan ketenangan akan teraih di dunia dan di akhirat. Seseorang dikatakan mutadayyin (ber-din dengan baik), jika dia dapat melengkapi dirinya dengan tiga dimensi agama tersebut secara proporsional, maka dia pasti berbahagia.

B. Dimensi Keyakinan
Dalam dimensi keyakinan atau akidah, seseorang harus meyakini dan mengimani beberapa perkara dengan kokoh dan kuat, sehingga keyakinannya tersebut tidak dapat digoyahkan lagi. Keyakinan seperti itu akan diperoleh seseorang dengan argumentasi (dalil aqli) yang dapat dipertahankan. Keyakinan ini pada intinya berkisar kepada Allah dan Hari Akhirat.
Adapun syariat adalah konsekuensi logis dan praktis dari keyakinan. Mengamalkan syariat merupakan representasi dari keyakinan. Sehingga sulit dipercaya jika seseorang mengaku beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, tetapi tidak mengindahkan syariat-Nya. Karena syariat merupakan kewajiban dan larangan yang datang dari-Nya.
Sedangkan akhlak adalah tuntunan akal budi (aqal amali) yang mendorong seseorang untuk mengindahkan norma-norma dan meninggalkan keburukan-keburukan. Seseorang belum bisa dikatakan mutadayyin selagi tidak berakhlak, la diina liman la akhlaqa lahu. Demikian pula, keliru sekali jika seseorang terlalu mementingkan akhlak daripada syariat.
Dari ketiga dimensi din tersebut, akidah menduduki posisi yang paling prinsip dan menentukan. Dalam pengertian bahwa yang menentukan seseorang itu mutadayyin atau tidak adalah akidahnya. Dengan kata lain, yang memisahkan seseorang yang beragama dari yang tidak beragama (ateis) adalah akidahnya. Lebih khusus lagi, bahwa akidahlah yang menjadikan orang itu disebut Muslim, Kristiani, Yahudi atau yang lainnya.

C. Mengapa Kita Beragama
Manusia adalah satu spesies makhluk yang unik dan istimewa dibanding makhluk-makhluk lainnya, termasuk malaikat. Karena, manusia dicipta dari unsur yang berbeda, yaitu unsur hewani/materi dan unsur ruhani/immateri. Memang dari unsur hewani manusia tidak lebih dari binatang, bahkan lebih lemah darinya. Bukankah banyak di antara binatang yang lebih kuat secara fisik dari manusia ? Bukankah ada binatang yang memiliki ketajaman mata yang melebihi mata manusia ? Bukankah ada pula binatang yang penciumannya lebih peka dan lebih tajam dari penciuman manusia ? Dan sejumlah kelebihan-kelebihan lainnya yang dimiliki selain manusia.
Sehubungan ini Allah Swt berfirman : "Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah" (QS An-Nisa, 4 : 28); "Allah telah menciptakan kalian lemah, kemudian menjadi kuat, lalu setelah kuat kalian menjadi lemah dan tua." (QS Rum : 54). Masih banyak ayat lainnya yang menjelaskan hal serupa.
Karena itu, sangatlah tidak pantas bagi manusia berbangga dengan penampilan fisiknya, di samping itu penampilan fisik adalah wahbi sifatnya (semata-mata penberian dari Allah, bukan hasil usahanya).
Kelebihan manusia terletak pada unsur ruhani (mencakup hati dan akal, keduanya bukan materi). Dengan akalnya, manusia yang lemah secara fisik dapat menguasai dunia dan mengatur segala yang ada di atasnya. Karena unsur inilah Allah menciptakan segala yang ada di langit dan di bumi untuk manusia (lihat surat Luqman ayat 20). Dalam salah satu ayat Alquran ditegaskan : "Sungguh telah Kami muliakan anak-anak, Kami berikan kekuasaan kepada mereka di darat dan di laut, serta Kami anugerahi mereka rezeki.
Unsur akal pada manusia, awalnya masih berupa potensi (bilquwwah) yang perlu difaktualkan (bilfi’li) dan ditampakkan. Oleh karena itu, jika sebagian manusia lebih utama dari sebagian lainnya, maka hal itu semata-mata karena hasil usahanya sendirinya. Karenanya, dia berhak bangga atas yang lainnya. Sebagian mereka ada pula yang tidak berusaha memfaktualkan dan menampakkan potensinya itu, atau memfaktualkannya hanya untuk memuaskan tuntutan hewaninya, maka orang itu sama dengan binatang, bahkan lebih hina dari binatang (QS Al-A’raf, 7 : 170; Al-Furqan : 42).
Termasuk ke dalam unsur ruhan adalah fitrah. Manusia memiliki fitrah yang merupakan modal terbesar manusia untuk maju dan sempurna. Din adalah bagian dari fitrah manusia. Dalam kitab Fitrat (edisi bahasa Parsi), Syahid Muthahhari menyebutkan adanya lima macam fitrah (kecenderungan) dalam diri manusia yaitu mencari kebenaran (hakikat), condong kepada kebaikan, condong kepada keindahan, berkarya (berkreasi), dan cinta (isyq) atau menyembah (beragama). Sedangkan menurut Syeikh Ja’far Subhani, terdapat empat macam kecenderungan pada manusia, dengan tanpa memasukkan kecenderungan berkarya seperti pendapat Syahid Muthahhari (kitab Al-Ilahiyyat, juz 1).
Kecenderungan beragama merupakan bagian dari fitrah manusia. Manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk cenderung beragama , dalam arti manusia mencintai kesempurnaan yang mutlak dan hakiki serta ingin menyembah Pemilik kesempurnaan tersebut. Syeik Taqi Mishbah Yazdi, dalam kitab Ma’arif al-Qur’an juz 1 hal. 37, menyebutkan adanya dua ciri fitrah, bik fitrah beragama maupun lainnya, yang terdapat pada manusia, yaitu pertama kecenderungan-kecenderungan (fitrah) tersebut diperoleh tanpa usaha atau ada dengan sendirinya, dan kedua fitrah tersebut ada pada semua manusia walaupun keberadaannya pada setiap orang berbeda, ada yang kuat dan ada pula yang lemah. Dengan demikian, manusia tidak harus dipaksa beragama, namun cukup kembali pada dirinya untuk menyebut suara dan panggilan hatinya, bahwa ada Sesuatu yang menciptakan dirinya dan alam sekitarnya.

D. Teori-teori Kemunculan Agama
Kaum materialis memiliki sejumlah teori tentang kemunculan agama, antara lain:
1. Agama muncul karena kebodohan manusia
Sebagian mereka berpendapat, bahwa agama muncul karena kebodohan manusia. August Comte—peletak dasar aliran positivisme—menyebutkan, bahwa perkembangan pemikiran manusia dimulai dari kebodohan manusia tentang rahasia alam atau ekosistem jagat raya. Pada mulanya—periode primitif—karena manusia tidak mengetahui rahasia alam, maka mereka menyandarkan segala fenomena alam kepada Dzat yang ghaib.
Namun, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan (sains) sampai pada batas segala sesuatu terkuat dengan ilmu yang empiris, maka keyakinan terhadap yang ghaib tidak lagi mempunyai tempat di tengah-tengah mereka.
Konsekuensi logis teori di atas, adalah makin pandai seseorang akan makin jauh ia dari agama bahkan akhirnya tidak beragama, dan makin bodoh seseorang maka makin kuat agamanya. Padahal, betapa banyak orang pandai yang beragama, seperti Albert Einstein, Charles Darwin, Hegel dan lainnya. Demikian sebaliknya, alangkah banyak orang bodoh yang tidak beragama.
2. Agama muncul karena kelemahan jiwa (takut)
Teori ini mengatakan, bahwa munculnya agama karena perasaan takut terhadap Tuhan dan akhir kehidupan. Namun, bagi orang-orang yang berani keyakinan seperti itu tidak akan muncul. Teori ini dipelopori oleh Bertnart Russel. Jadi, menurut teori ini agama adalah indikasi dari rasa takut. Memang takut kepada Tuhan dan hari akhirat, merupakan ciri orang yang beragama. Tetapi agama muncul bukan karena faktor ini, sebab seseorang merasa takut kepada Tuhan setelah ia meyakini adanya Tuhan. Jadi,takut merupakan akibat dari meyakini adanya Tuhan (baca: beragama).
3. Agama adalah produk penguasa
Karl Marx—bapak aliran komunis-sosialis—mengatakan, bahwa agama merupakan produk para penguasa yang diberlakukan atas rakyat yang tertindas, sebagai upaya agar mereka tidak berontak dan menerima keberadaan sosial-ekonomi. Mereka (rakyat tertindas) diharapkan terhibur dengan doktrin-doktrin agama, seperti harus sabar, menerima takdir, jangan marah dan lainnya.
Namun, ketika tatanan masyarakat berubah menjadi masyarakat sosial yang tidak mengenal perbedaan kelas sosial dan ekonomi, sehingga tidak ada lagi (perbedaan antara) penguasa dan rakyat yang tertindas dan tidak ada lagi (perbedaan antara) si kaya dan si miskin, maka agama dengan sendirinya akan hilang. Kenyataannya, teori di atas gagal. Terbukti bahwa negara komunis-sosialis sebesar Uni Soviet pun tidak berhasil menghapus agama dari para pemeluknya, sekalipun dengan cara kekerasan.
4. Agama adalah produk orang-orang lemah
Teori ini berseberangan dengan teori-teori sebelumnya. Teori ini mengatakan, bahwa agama hanyalah suatu perisai yang diciptakan oleh orang-orang lemah untuk membatasi kekuasaan orang-orang kuat. Norma-norma kemanusiaan seperti kedermawanan, belas kasih, kesatriaan, keadilan dan lainnya sengaja disebarkan oleh orang-orang lemah untuk menipu orang-orang kuat, sehingga mereka terpaksa mengurangi pengaruh kekuatan dan kekuasaannya. Teori ini diperoleh Nietzche, seorang filsuf Jerman.
Teori di atas terbantahkan jika kita lihat kenyataan sejarah, bahwa tidak sedikit dari pembawa agama adalah para penguasa dan orang kuat—misalnya Nabi Daud dan Nabi Sulaiman—keduanya adalah raja yang kuat.
Sebenarnya, mereka ingin menghapus agama dan menggantikannya dengan sesuatu yang mereka anggap lebih sempurna (seperti, ilmu pengetahuan menurut August Comte, kekuasaan dan kekuatan menurut Nietszche, komunis-sosialisme menurut Karl Marx dan lainnya). Padahal mencintai dan menyembah kesempurnaan adalah fitrah.
Perbedaan kaum agamawan dengan mereka, adalah bahwa kaum agamawan mendapatkan kesempurnaan yang mutlak hanya pada Tuhan. Jadi, sebenarnya mereka (kaum Atheis) beragama dengan pikiran mereka sendiri. Atau dengan kata lain, mereka mempertuhankan diri mereka sendiri.
E. Tingkatan Beragama
Imam Bukhari tidak memberi judul tersendiri untuk hadits ke-23 ini, melainkan satu judul dengan hadits sebelumnya; باب تَفَاضُلِ أَهْلِ الإِيمَانِ فِى الأَعْمَالِ (Tingkatan orang-orang beriman dalam beramal). Untuk memudahkan pembaca, menyesuaikan dengan konteks hadits ini kita berikan judul pembahasannya: "Kualitas Beragama Manusia Bertingkat-tingkat"
Berikut ini matan (redaksi) hadits Shahih Bukhari ke-23:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِىَّ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ رَأَيْتُ النَّاسَ يُعْرَضُونَ عَلَىَّ ، وَعَلَيْهِمْ قُمُصٌ مِنْهَا مَا يَبْلُغُ الثُّدِىَّ ، وَمِنْهَا مَا دُونَ ذَلِكَ ، وَعُرِضَ عَلَىَّ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ وَعَلَيْهِ قَمِيصٌ يَجُرُّهُ . قَالُوا فَمَا أَوَّلْتَ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الدِّينَ

Dari Abu Said Al-Khudri r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Aku bermimpi dalam tidurku seakan-akan aku melihat manusia di hadapankan kepadaku. Baju mereka diantaranya ada yang sebatas buah dada dan ada yang kurang dari itu. Dan kulihat pula Umar bin Khattab memakai baju yang dihela-helanya karena sangat panjang." Rasulullah ditanya, "Apakah takwil mimpi Anda ya Rasulullah?" Beliau menjawab: "agama."

Penjelasan Hadits
Aku bermimpi dalam tidurku seakan-akan aku melihat manusia di hadapankan kepadaku.

Dalam hadits ini Rasulullah SAW menceritakan mimpinya. Dan sebagaimana telah diketahui bahwa mimpi Rasulullah adalah benar. Ia tidak seperti mimpi bagi manusia pada umumnya, yang tidak bisa dijadikan hujjah. Dan agama Islam, dalam pengertian tersebut, mempunyai tiga tingkatan, yaitu : Islam, Iman dan Ihsan, masing-masing tingkatan mempunyai rukun-rukunnya.
I. Tingkatan Islam
Adapun tingkatan Islam, rukun ada lima :
1) Syahadat (pengakuan dgn hati dan lisan) bahwa “Laa Ilaaha Ilallaah” (Tiada sesembahan yg haq selain Allah) dan Muhammad ialah Rasulullah.
2) Mendirikan shalat.
3) Mengeluarkan zakat.
4) Shiyam pada bulan Ramadhan.
5) Haji ke Baitullah Al-Haram.
[1]. Dalil Syahadat.
Firman Allah Ta’ala.
“Allah menyatakan bahwa tiada sesembahan (yg haq) selain Dia, dgn senantiasa menegakkan keadilan (Juga menyatakan demikian itu) para malaikat dan orang-orang yg berilmu. Tiada sesembahan (yg haq) selain Dia. Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. [Al-Imraan : 18]
“Laa Ilaaha Ilallaah”‘ arti : Tiada sesembahan yg haq selain Allah.
Syahadat ini mengandung dua unsur : menolak dan menetapkan. “Laa Ilaaha”, ialah menolak segala sembahan selain Allah. “Illallaah” ialah menetapkan bahwa penyembahan itu ha untuk Allah semata-mata, tiada sesuatu apapun yg boleh dijadikan sekutu didalam penyembahan kpd-Nya, sebagaimana tiada sesuatu apapun yg boleh dijadikan sekutu di dalam kekuasaan-Nya.
Tafsiran syahadat tersebut diperjelas oleh firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Arti : Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kpd bapak dan kpd kaum : ‘Sesungguh aku menyatakan lepas dari segala yg kamu sembah, kecuali Tuhan yg telah menciptakan-ku, krn sesungguh Dia akan menunjuki’. Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yg kekal pada keturunan supaya mereka senantiasa kembali (kepada tauhid)”. [Az-Zukhruf : 26-28]
II. Tingkatan Iman.
Iman itu lebih dari tujuh puluh cabang. Cabang yg paling tinggi ialah syahadat “Laa Ilaaha Ilallaah”, sedang cabang yg paling rendah ialah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan sifat malu ialah salah satu dari cabang Iman.
Berbakti (dari Iman) itu bukanlah sekedar menghadapkan wajahmu (dalam shalat) ke arah Timur dan Barat, tetapi berbakti (dan Iman) yg sebenar ialah iman seseorang kepada Allah, hari Akhirat, para Malaikat, Kitab-kitab dan Nabi-nabi…” [Al-Baqarah : 177]
III. Tingkatan Ihsan.
Ihsan, rukun ha satu, yaitu :
Beribadah kpd Allah dalam keadaan seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguh Dia melihatmu”. [Pengertian Ihsan tersebut ialah penggalan dari hadits Jibril, yg dituturkan oleh Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu ‘Anhu, sebagaimana akan disebutkan]
Dalilnya, firman Allah Ta’ala.
Sesungguh Allah bersama orang-orang yg bertakwa dan orang-orang yg beruntuk ihsan”. [An-Nahl : 128]

BAB III
KESIMPULAN

Manusia adalah satu spesies makhluk yang unik dan istimewa dibanding makhluk-makhluk lainnya, termasuk malaikat. Karena, manusia dicipta dari unsur yang berbeda, yaitu unsur hewani/materi dan unsur ruhani/immateri. Memang dari unsur hewani manusia tidak lebih dari binatang, bahkan lebih lemah darinya. Bukankah banyak di antara binatang yang lebih kuat secara fisik dari manusia ? Bukankah ada binatang yang memiliki ketajaman mata yang melebihi mata manusia ? Bukankah ada pula binatang yang penciumannya lebih peka dan lebih tajam dari penciuman manusia ? Dan sejumlah kelebihan-kelebihan lainnya yang dimiliki selain manusia.
Kelebihan manusia terletak pada unsur ruhani (mencakup hati dan akal, keduanya bukan materi). Dengan akalnya, manusia yang lemah secara fisik dapat menguasai dunia dan mengatur segala yang ada di atasnya. Karena unsur inilah Allah menciptakan segala yang ada di langit dan di bumi untuk manusia (lihat surat Luqman ayat 20). Dalam salah satu ayat Alquran ditegaskan : "Sungguh telah Kami muliakan anak-anak, Kami berikan kekuasaan kepada mereka di darat dan di laut, serta Kami anugerahi mereka rezeki.
Kecenderungan beragama merupakan bagian dari fitrah manusia. Manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk cenderung beragama , dalam arti manusia mencintai kesempurnaan yang mutlak dan hakiki serta ingin menyembah Pemilik kesempurnaan tersebut. Syeik Taqi Mishbah Yazdi, dalam kitab Ma’arif al-Qur’an juz 1 hal. 37, menyebutkan adanya dua ciri fitrah, bik fitrah beragama maupun lainnya, yang terdapat pada manusia, yaitu pertama kecenderungan-kecenderungan (fitrah) tersebut diperoleh tanpa usaha atau ada dengan sendirinya, dan kedua fitrah tersebut ada pada semua manusia walaupun keberadaannya pada setiap orang berbeda, ada yang kuat dan ada pula yang lemah. Dengan demikian, manusia tidak harus dipaksa beragama, namun cukup kembali pada dirinya untuk menyebut suara dan panggilan hatinya, bahwa ada Sesuatu yang menciptakan dirinya dan alam sekitarnya.




DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Qur’an al-Karim
2. Nahj al-Balaghah, karya Ibn Abil Hadid
3. Tafsir Namuneh (bhs. Parsi), karya Ayatullah Makarim Syirazi.
4. Al-Ilahiyyat, Ayatullah Ja’far Subhani.
5. Ma’arif al-Qur’an, Ayatullah Muhammad Taqi Misbah.
6. Al-Manhaj al-Jadid fi Ta’limi al-Falsafah, karya Muhammad Taqi Misbah
7. Fitrah (bahasa Parsi), karya Ayatullah Syahid Murthahhari.
8. Manusia Seutuhnya, Studi Kritis Berbagai Pandangan Filosofis, diterjemahkan oleh Abdillah Hamid Ba’abud dari kitab aslinya Insone Komil, karya Syahid Murthahhari.

buletin 2

“AJARAN AHLU SUNNAH WAL JAMA’AH”
Aswaja atau Ahl Al-Sunnah wa al-Jama’ah sebagai paham keagamaan, mempunyai pengalaman tersendiri dalam sejarah Islam. Ia sering dikonotasikan sebagai ajaran (madhab) dalam Islam yang berkaitan dengan konsep ’aqidah, syari’ah dan tasawuf dengan corak moderat. Salah satu ciri intrinsik paham ini —sebagai identitas— ialah kesimbangan pada dalil naqliyah dan ‘aqliyah. Keseimbangan demikian memungkinkan adanya sikap akomodatif atas perubahan-perubahan yang berkembang dalam masyarakat, sepanjang tidak bertentangan secara prinsipil dengan nash-nash formal.
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah pernah ditanya: Siapakah yang dimaksud dengan Ahlus Sunnah wal Jama’ah? Beliau menjawab, “Yang disebut sebagai Ahlus Sunnah wal jama’ah hanyalah orang-orang yang benar-benar berpegang teguh dengan As Sunnah (ajaran Nabi) dan mereka bersatu di atasnya. Mereka tidak menyimpang kepada selain ajaran As Sunnah, baik dalam urusan keyakinan ilmiah maupun dalam masalah amal praktik hukum. Oleh sebab inilah mereka disebut dengan Ahlus Sunnah, yaitu karena mereka bersatu padu di atasnya (di atas Sunnah). Dan apabila anda cermati keadaan ahlul bid’ah niscaya anda dapatkan mereka itu berselisih dalam hal metode akidah dan amaliah, ini menunjukkan bahwa mereka itu sangat jauh dari petunjuk As Sunnah, tergantung dengan kadar kebid’ahan yang mereka ciptakan.” (Fatawa Arkanul Islam, hal. 21).
Ajaran ASWAJA adalah ajaran yang mengikuti perintah Allah swt yang tertuang dalam al-quran dan sunnah Rasul, beliau bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang beragama sebagaimana caraku dan cara para sahabatku pada hari ini.” (HR. Ahmad, dinukil dari Kitab Tauhid Syaikh Shalih Fauzan hal. 11).
Manusia adalah khalifah Allah di atas bumi, yang sekaligus mempunyai fungsi ganda, pertama, ‘ibadatullah yang kedua, ‘imaratu al-ardl. Dua fungsi yang dapat dibedakan, tetapi tidak dapata dipisahkan. Bahkan fungsi yang kedua sangat mempengaruhi kualitas fungsi yang pertama dalam rangka mencapai tujuan hidup yakni sa’adatud darain. Makna hidup manusia akan tergantung pada kemampuan melakukan fungsinya sesuai dengan perkembangan kehidupan yang selalu beruabah seiring dengan transformasi kultural yang menuntut pengendalian orientasi dan tata nilai yang Islami.
Dalam konteks ini, Aswaja harus mampu mendorong pengikutnya dan umat pada umumnya agar mampu bergaul dengan sesamanya dan alam sekitarnya untuk saling memanusiakan. Aswaja juga harus menggugah kesadaran umat terhadap ketidakberdayaan, keterbelakangan serta kelemahan mereka merupakan akibat dari suatu keadaan dan peristiwa kemanusiaan yang dibuat atau dibentuk oleh manusia yang sudah barang tentu dapat diatasi oleh manusia pula. Tentu saja, penumbuhan kesadaran tersebut masih dalam konteks melaksanakan ajaran Islam Aswaja, agar mereka tidak kehilangan nilai-nilai Islami. Justru malah potensi ajaran Islam Aswaja dikembangkan secara aplikatif ke dalam proses pengembangan masyarakat. Pada gilirannya pembangunan manusia seutuhnya akan dapat dicapai melalui ajaran Islam Aswaja yang kontekstual di tengah-tengah keragaman komunitas nasional. Kebutuhan akan rumusan konsep aktualisasi Islam Aswaja, menjadi amat penting adanya. Konsep itu akan menyambung kesenjangan yang terjadi selama ini, antara aspirasi keagamaan Islam dan kenyataan yang ada. Suatu kesenjangan yang sangat tidak menguntungkan bagi kaum muslimin dalam proses pembangunan masyarakat, yang cenderung maju atas dorongan inspirasi kebutuhan hidup dari dimensi biologis semata.
Merumuskan konsep-konsep yang dimaksud, memang tidak semudah diucapkan. Identifikasi masalah-masalah sosial secara general dan spesifik masih sulit diupayakan, sehingga konsep aktualisasi secara utuh pun tidak mudah diformulasikan. Akan tetapi secara sektoral, aktualisasi itu dapat dikonseptualisasikan secara jelas dalam konteks pendekatan masalah yang dilembagakan secara sistematis, terencana dan terarah sesuai dengan strategi yang ingin dicapai. Kemampuan melihat masalah, sekaligus kemampuan menggali ajaran Islam Aswaja yang langsung atau tidak langsung bisa diaktualisasikan dalam bentuk kegiatan implementatif yang dilembagakan, menjadi penting. Masalah yang sering disinggung oleh berbagai pihak dan menarik perhatian adalah keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan yang ada pada garis lingkar-bali (daur). Ajaran Islam Aswaja bukan saja sebagai sumber nilai etis dan manusiawi yang bisa diintegrasikan dalam pembangunan masyarakat, namun ia secara multi dimensional sarat juga dengan norma keselarasan dan keseimbangan, sebagaimana yang dituntut oleh pembangunan. Dari dimensi sosial misalnya, Islam Aswaja mempunyai kaitan yang kompleks dengan masalah-masalah sosial. Karena syariat Islam itu sendiri, justru mengatur hubungan antara manusia individu dengan Allah, antara sesama manusia dan antara manusia dengan alam lingkungannya.
Hubungan yang kedua itu terumuskan dalam prinsip mu’amalah yang bila dijabarkan mampu membongkar kelemahan sekaligus memberi solusi bagi paham kapitalisme dan sosialisme.
Tentang hubungan antara manusia dengan lingkungannya terumuskan dalam prinsip kebebasan mengkaji, mengelola dan memanfaatkan alam ini untuk kepentingan manusia dengan tata keseimbangan yang lazim, tanpa sikap ishraf (melampaui batas) dan tentu saja dengan lingkungan maslahah. Dalam pengelolaan dan pemanfaatan alam itu tentu saja berorientasi pada prinsip mu’syarah maupun mu’amalah yang menyangkut berbagai bentuk kegiatan perekonomian yang berkembang. Ini berarti diperlukan konsep mu’amalah secara utuh yang mampu mengadaptasikan perkembangan perekonomian dewasa ini sebagai aktualisasi ajaran Islam Aswaja tersebut.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: Terus menerus ada sekelompok dari ummatku yang mereka tetap nampak di atas kebenaran, tidak membahayakan mereka orang mencerca mereka sampai datang ketentuan Allah (hari kiamat) dan mereka dalam keadaan seperti itu. [Hadits Shahih, dikeluarkan Oleh Muslim dari Tsauban. Dan hadits semakna diriwayatkan Bukhari & Muslim, muttafaqun 'alaih].
Dikatakan dalam sebuah sya’ir Arab,
Berapa banyak orang yang mencela ucapan yang benar Sebabnya karena pemahaman yang buruk
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Pemahaman yang benar dan niat yang baik adalah termasuk nikmat paling agung yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya. Bahkan tidaklah seorang hamba mendapatkan pemberian yang lebih utama dan lebih agung setelah nikmat Islam daripada memperoleh kedua nikmat ini. Bahkan kedua hal ini adalah pilar tegaknya agama Islam, dan Islam tegak di atas pondasi keduanya. Dengan dua nikmat inilah hamba bisa menyelamatkan dirinya dari terjebak di jalan orang yang dimurkai (al maghdhuubi ‘alaihim) yaitu orang yang memiliki niat yang rusak. Dan juga dengan keduanya ia selamat dari jebakan jalan orang sesat (adh dhaalliin) yaitu orang-orang yang pemahamannya rusak. Kemudian Imam Ibnu Katsir berkata, “Ini merupakan perintah dari Allah ‘azza wa jalla bahwa segala sesuatu yang diperselisihkan oleh manusia yang berkaitan dengan permasalahan pokok-pokok agama maupun cabang-cabangnya hendaknya perselisihan tentang hal itu harus dikembalikan kepada Al Kitab dan As Sunnah. Ini sebagaimana firman Allah ta’ala (yang artinya), “Dan apa saja yang kalian perselisihkan maka keputusannya kembali kepada Allah.” (QS. Asy Syuura: 10). Maka segala keputusan yang diambil oleh Al Kitab dan As Sunnah serta dipersaksikan keabsahannya oleh keduanya itulah al haq (kebenaran). Dan tidak ada sesudah kebenaran melainkan kesesatan…” (lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, II/250).
Abu Naajih ‘Irbadh bin Saariyah radhiyallahu’anhu mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan sebuah nasihat kepada kami dengan nasihat yang membuat hati bergetar dan air mata bercucuran. Maka kamipun mengatakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah. Seolah-olah ini merupakan nasihat dari orang yang hendak berpisah. Maka sudilah kiranya anda memberikan wasiat kepada kami”. Beliau pun bersabda: “Aku wasiatkan kepada kalian supaya senantiasa bertakwa kepada Allah. Dan tetaplah mendengar dan taat (kepada pemimpin). Meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Karena sesungguhnya barangsiapa yang hidup sesudahku niscaya akan menyaksikan banyak perselisihan. Maka berpeganglah dengan Sunnahku, dan Sunnah para khalifah yang lurus dan berpetunjuk. Gigitlah sunnah itu dengan gigi-gigi geraham. Serta jauhilah perkara-perkara yang diada-adakan (di dalam agama). Karena semua bid’ah (perkara yang diada-adakan dalam agama) adalah sesat.”

Maka sebenarnya pertanyaan yang harus kita tujukan pertama kali kepada diri-diri kita sekarang adalah; apakah akidah kita, ibadah kita, dakwah kita, garis perjuangan kita sudah selaras dengan petunjuk Rasul dan para sahabat ataukah belum? Pikirkanlah baik-baik dengan hati dan pikiran yang tenang: Benarkah apa yang selama ini kita peroleh dari para ustadz dan Murabbi serta Murabbiyat sudah sesuai dengan pemahaman sahabat ataukah belum? Kalau iya mana buktinya? Marilah kita ikuti jejak dakwah Rasul serta para sahabat dan juga para ulama Salaf dari zaman ke zaman. Ukurlah keadaan kita dengan timbangan Al Kitab dan As Sunnah dengan pemahaman Salaf. Ingat, janganta’ashshub (fanatik buta). Pelajari dulu akidah dan manhaj yang benar, baru saudara akan bisa menilai apakah manhaj dan dakwah saudara-saudara sudah cocok dengan pemahaman sahabat ataukah belum cocok tapi dipaksa-paksa biar kelihatan cocok?! Orang yang bijak mengatakan: ‘Kenalilah kebenaran maka engkau akan mengenal siapa yang benar!’ Kenapa kita harus ngotot membela seorang tokoh, beberapa individu, sebuah partai, atau yayasan, atau organisasi, atau pergerakan, atau perhimpunan, atau kesatuan aksi, atau apapun namanya kalau ternyata itu semua menyimpang dari jalan Rasul dan para sahabat? Pikirkanlah ini baik-baik sebelum anda bertindak, berorasi, menulis, atau menggalang massa, sadarilah kita semua telah mendapatkan larangan dari Allah Ta’ala dari atas langit sana dengan firman-Nya yang artinya, “Dan janganlah kamu mengikuti apa-apa yang kamu tidak memiliki ilmu tentangnya, karena sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semua itu pasti akan dimintai pertanggungjawaban.” (QS. Al Israa’ : 36). Peganglah akidah ini kuat-kuat!!
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan Aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf: 108)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berkata, “Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam: [katakanlah] kepada manusia [inilah jalanku] artinya: jalan yang kutempuh dan kuajak kamu untuk menempuhnya. Yaitu suatu jalan yang akan mengantarkan menuju Allah dan negeri kemuliaan-Nya (surga). Jalan itu mencakup ilmu terhadap kebenaran dan mengamalkannya, menjunjung tinggi kebenaran serta mengikhlashkan ketaatan beragama hanya untuk Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. [aku mengajak kamu kepada Allah] artinya: aku memotivasi seluruh makhluk dan hamba-hamba agar menempuh jalan menuju Tuhan mereka. Aku senantiasa mendorong mereka untuk itu, dan aku memperingatkan mereka dari bahaya yang dapat menjauhkan dari jalan itu. Bersama itu akupun memiliki [hujjah yang nyata] dari ajaran agamaku, (dakwahku) tegak di atas landasan ilmu dan keyakinan, tidak ada keraguan, kebimbangan dan ketidakpastian. [dan] begitu pula [orang-orang yang mengikutiku], mereka mengajakmu kepada Allah sebagaimana ajakanku, berdasarkan hujjah yang nyata dari agama-Nya. [dan Maha suci Allah] dari segala sesuatu yang disandarkan kepada-Nya tapi tidak sesuai bagi kemuliaan-Nya atau mengurangi kesempurnaan-Nya. [dan aku bukan termasuk orang-orang musyrik] dalam segala urusanku, tetapi aku menyembah Allah dengan mengikhlashkan agama untuk-Nya.” (Taisir Karimir Rahman, hal. 406).

Jumat, 15 Juli 2011

artikel mental

Berartikah Pendidikan Mental
Oleh : Deramsyar

Perkembangan pemikiran tentang pendidikan sejak dahulu sampai sekarang semakin maju. Hal itu disebabkan oleh kesadaran keseriusan yang tinggi di kalangan ilmuwan untuk memecahkan masalah pendidikan secara dinamis. Dewasa ini perkembangan masyarakat telah menunjukan sikap yang kritis dan memiliki pandangan serta wawasan yang luas. Mereka telah mengerti berbagai hal termasuk arti dari kualitas suatu kegiatan; karenanya tuntutan mereka tidak kecil terutama terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

Pendidikan formal dinegeri ini tampaknya hanya mengejar nilai-nilai lahiriyah semata, seperti prestasi akademik, keunggulan akademik, raport, ijazah, dan ikut wisuda. Sedangkan, nilai yang terkait dengan “sikap mental” kurang jadi perhatian bahkan terkadang terpikir dalam benak berartikah dan terwujudkan pendidikan mental dan akhlak???.

Sehingga banyak yang lulus menjadi Pejabat, dosen, guru, dan yang lainnya bahkan bangga menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) dengan penghasilan yang masyarakat beranggapan gaji mereka besar dan bisa mencukupi segala kebutuhan mereka. Asumsi lain mengatakan banyak mahasiswa yang lulus cumlaude, namun punya mental bobrok. Lulus dengan predikat summa cumlaude, tapi mentalnya masih mental korup. Tidak sedikit para petinggi, pejabat, pemimpin, wakil rakyat, atau pemegang kebijakan penting masih punya jiwa dan mental yang tidak sepadan dengan gelar pendidikannya, sebagai contoh kepala sekolah SMA dimana penulis bekerja dan dosen penulis yang notabene memiliki pendidikan agama lebih tinggi tapi apa yang terjadi kebobrokan terselimuti kabut tebal dan berhias pelangi yang penuh dengan warna. Aneh bukan ??? maka dimanakah pendidikan mental dan akhlak itu berada?

Djatnika (1996:17) dalam bukunya Etika Islami mengatakan bahwa dalam hidupnya manusia selalu mencari kebahagiaan (happines) dan seterusnya. Secara instink mencari kebahagiaan yang tinggi ”universal happines” merupakan kebutuhan manusia, tidak ada seorangpun manusia selagi masih sehat akalnya yang ingin celaka, melarat atau gagal dalam hidupnya. Setiap manusia dipastikan mempunyai tujuan yang ingin dicapainya. Namum mestikah demi kebahagian dan menggapai mimpi harus menghalalkan segala cara bahkan mengabaikan kewajiban, seperti kisah yang terjadi dibangku perkuliahan sekolah Tinggi apapun namanya banyak mahasiswa yang beranggapan pendidikan tidak berlaku tapi hanya secarik kertas yang menunjukan bahwa lulus menjadi sarjana itu yang dibutuhkan. Salahkah penulis menilai sehelai kertas lebih dikejar bahkan diperaruhkan dari pada pendidikan. Pendidikan mental yang dirancang dan akhlak yang ditanamkan dari dini akhirnya tumbang diterpa badai impian mengejar kabahagian duniawi.

Kehidupan modern dewasa ini telah tampil dalam dua wajah yang antagonistik. Di satu sisi modernisme telah berhasil mewujudkan kemajuan yang spektakuler, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sisi lain, ia telah menampilkan wajah kemanusiaan yang buram berupa kemanusiaan modern sebagai kesengsaraan rohaniah. Modernitas telah menyeret manusia pada kegersangan spiritual. Ekses ini merupakan konsekuensi logis dari paradigma modernisme yang terlalu bersifat materialistik dan mekanistik, dan unsur nilai-nilai normatif yang telah terabaikan. Hingga melahirkan problem-problem kejiwaan yang variatif.

Ironisnya, masalah kejiwaan yang dihadapi individu sering mendapat reaksi negatif dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Secara singkat lahirnya stigma ditimbulkan oleh keterbatasan pemahaman masyarakat mengenai etiologi gangguan jiwa, di samping karena nilai-nilai tradisi dan budaya yang masih kuat berakar, sehingga gangguan jiwa sering kali dikaitkan oleh kepercayaan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karenanya, masih ada sebagian masyarakat yang tidak mau terbuka dengan penjelasan-penjelasan yang lebih ilmiah (rasional dan obyektif) dan memilih untuk mengenyampingkan perawatan medis dan psikiatris terhadap gangguan jiwa.

Di dalam Al-Qur’an sebagai dasar dan sumber ajaran islam banyak ditemui ayat-ayat yang berhubungan dengan ketenangan dan kebahagiaan jiwa sebagai hal yang prinsipil dalam kesehatan mental. Ayat-ayat tersebut adalah:

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara merek seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (keadaan nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (Q.S. 3: 164)

Dalam hadits Rasulullah dijelaskan juga yaitu:
“ Sesungguhnya aku diutus oleh Allah adalah bertugas untuk menyempurnakan kemulian Akhlak manusia”.
Dengan kejelasan ayat Al-Qur’an dan hadits diatas dapat ditegaskan bahwa kesehatan mental (shihiyat al nafs) dalam arti yang luas adalah tujuan dari risalah Nabi Muhammad SAW diangkat jadi rasul Allah SWT, karena asas, cirri, karakteristik dan sifat dari orang yang bermental itu terkandung dalam misi dan tujuan risalahnya. Dan juga dalam hal ini al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk, obat, rahmat dan mu’jizat (pengajaran) bagi kehidupan jiwa manusia dalam menuju kebahagian dan peningkatan kualitasnya sebagai mana yang ditegaskan dalam ayat berikut:
Artinya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali Imran: 104)
Perbuatan seseorang merupakan perwujudan akhlak yang dimilikinya. Oleh karena itu, akhlak dalam Islam menjadi hal yang sangat penting. Seorang pendidik teladan harus mematuhi etika – etika kependidikan. Berdasarkan UUD 1945, pemerintah RI menetapkan kode etik guru. Namun semua itu hhanya sekadar kode samata, nahkan pemaru undang-undangnya tak mengerti tentang bagaimana penerapan atau prakteknya.

Oleh sebab itu, sudah saatnya pendidikan mental akhlak perlu di terapkan dimanapun dan kapanpun diawalai dari pribadi masing-masing dan pemengbangan di masyarakat yang menunjukan keteladanan hirarki. Karena kita hidup tak hanya sekadar mengejar kabahagian akan tetapi ketenangan jiwa.
Orang yang hidup senang belum tentu memiliki ketenangan,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Oleh Deramsyar
Bagaimana rasanya dicintai seorang cewek?

Rama adalah anak dari seorang bapak tua yang bersaudara sembilan, namun dua dari kakaknya telah meninggal saat masih kecil, sekarang rama duduk dibangku sekolah sma kelas dua di desa. Perawakannya kecil dan rambut lurus, kala itu rama tertarik pada teman cewek sekelas yang bernama Nikita panggil saja niki . Tapi sayang rama tak pernah berani mengungkapkan rasa suka terhadap nikita , rama hanya bisa memandang niki setiap kali datang tiap pagi kekelas. Rama pernah menceritakan perasaan yang melanda hatinya dan orang bilang kalau sedang dilanda cinta maka hatinya berbunga-bunga, dunia begitu indah, dan tak pernah luput untuk memikirkan cewek yang dicintainya.. katakana saja Ria teman curhatya rama, ria pun mendengarkan cerita rama tetang niki dan sesekali ria memberikan solusi dan strategi bagaimana caranya untuk mendekati niki dan pada saat yang tepat nyatakan cintamu padanya sebelum direbut orang lain..
Hari berlalu rama pun berpikir seraya berkata dalam hatinya, bisakah aku mengungkapkan perasaanku pada niki, apakah niki punya perasaan yang sama atau menolak… sambil menggerutu rama menghempas napas dengan kerasnya ,,,, Huuuuh bingung!!!!!!
Dua bulan berlalu dan rama masih saja belum berani mengungkapkan cintanya pada nikita, dan nikita pun hanya tersenyum bila bertemu dengan rama dikelas, sebenarnya niki tau kalau rama suka pada dia, nanum sayang rama hanya terdiam dan hanya bisa menatap niki yang selalu menggangu pikirannya.
Saat itu hari kamis setalah berbicara dengan ria teman sekelasnya juga, ia meminta ria untuk bicara sama niki bahwa rama mau berbicara sama niki nanti setelah istirahat! Tak lama ria pun menyampaikan keinginan rama ..
Ria berbicara sama niki,,
Nik…. Si rama pengen ngomong sama kamu katanya…
Nikipun menjawab mau ngomang apa???? Sembil bingung…ia berpikir!!!
Ooo… baik kapan? Tanya nikita pada ria
Nanti abis istirahat,,,,, di dekat mushola…

Bel istirahatpun berbunyi keras…
Saatnya semua siswa keluar untuk beristirahat… setelah semua keluar rama langsung menuju mushola dan menunggu kedatangan niki…
Rama duduk di tembokan luar mushola dekat pohon pinus dan tak lama nikita datang menghampiri rama yang terlihat kaku dan kebingungan!!!
Hai ram.. dah lama nunggu?? Maaf nya tadi saya kekantin dulu!!!
Ga apa-apa (jawab rama..).. nik aku mau ngomong terus terang sama kamu…
Tentang apa ram?? Tanya niki…
Gini….. aku mulai dari mana ya!!!!
Sebenarnya dah lama aku suka sama kamu tapi aku bingun gimana caranya mencertikan perasaanku ini sama kamu….

Niki hanya diam mendengarkan kata-kata rama yag sedikit tersendat dan kaku, lidah rama serasa ada yang menarik sampai-sampai mulutnya terkunci..
Setelah rama selesai berbicara pada niki dan mencertikan persaannya yang terpendam lama dalam hatinya.. nikita pun membalas dengan kata-kata yang ringan…
Rama aku ….
Gimana ya … sebenarnya aku udah lama tau kalau kamu sama aku tapi sayang sepertinya kamu terlambat ….!!!
Rama bertanya … terlambat.. emang kamu udah punya pacar?/
Ya ..gitu,, dua minggu yang lalu Iwan mengungkapkan hal yang sama kaya kamu…
Rama hanya terdiam dan putus sudah rasa yang ada dada… mawar yang merah merekah sudah dipetik orang.

Rama hanya tertunduk dan berkata pada niki…
Ya .udah ga pa-pa niki paling tidak aku dah berani mengungkapkan perasaan aku sama kamu,, dan masalah diterima atau tidak itu hak kamu.. namun sayang kanapa baru sekarang aku berani bicara ….
Dengan perasaan kesal dan menyesal rama pergi meninggalkan rama…

Haridemi hari dilalui rama dengan perasaan kecewa… namun perasaan kecewa dtolak cinta itu hilang sirna diterpa angin menyegarkan setelah rama berkenalan dengan yuli yang biasa disapa Jo..

Seperti yang terjadi pada niki setelah lama berteman dengan jo rama pun menyimpan perasaan terhadap jo tapi sayang rama tak pernah punya kebearanian untuk menyatakan cintanya samapi suatau ketika jo menerima cinta teman rama sendiri.
dan rama ga pernah menceritakan bahwa ia mencintai yuli yang sekarag menjadi pacar Ipan teman sepermainannya. Ipan tak pernah tau kalu rama menyukai yuli pacaranya… jadi ipan tak punya pikiran menyakiti temanya sendiri karena merebut cintanya rama..
Perasaan kecewa cinta kandas ditengah jalan terulang untuk kedua kalinya,,, Tapi rama semakin tegar bahwa ia belum saatnya merasakan bagaimana rasa dicintai orang yang ia cintai. Mungkin orang sering berkata cinta rama hanya bertepuk sebelah tangan…

Cerita rama terulang sampai beberapa kali, hal itu terjadi akibat rama ga punya keberanian untuk menyatakan cinta sekali berani cintanya terbang dibawa angina…

sampai satu waktu rama lulus dari SMA rama menyimpan perasaan suka terhadap cewek berkerudung dan memang belum punya pacar, tapi sayang perasaan cintanya itu terhalang dan terpenjara karena cewek berkerudung tadi harus pergi jauh meningglkan rama untuk meneruskan kuliah ke luar kota…

Rama hanya bisa mencintai beberapa cewek dan tak pernah merasakan begaimana dicintai seorang cewek dengan kata lain tragedi cinta bertepuk sebelah tangan akibat memendam perasaan cinta!!!!.

Cerpen ini dipersembahkan untuk wanita yang masih rama cintai meski ia sudah menjadi milik orang lain… sebut saja Aminah…………..
Oleh deramsyar
Anak Kharisma

Senin, 04 Juli 2011

artikel

Inspirasi atas Kegelisahan
Oleh : Deramsyar
Salam pergerakan !

Semangat pergerakan akan terlahir dari jiwa_jiwa yang bergerak,gerak dalam artian merubah keadaan yang stagnan menjadi dinamis< dari ruang kegelisahan yang menginginkan perubahan kearah yang lebih baik. Dengan berpeganag pada komitmen untuk mengemban amanah struktural maupun kultural sebagai perwujudan dari visi misi gerakan, yakni terlahirnya militansi kader dari dinamika komunitas PMII yang ada agar mampu menyikapi realitas sosial yang sudah menggila sebagai wujud kongkrit kiprah PMII untuk bangsa dan Negara.
Berangkat dari sebuah realitas diatas, kami pun menyadari akan sebauh proses yang harus dijalani, karena kami pun menyakini sebuah idealitas tidak akan pernah terwujud tanpa adanya aktifitas yang kongkrit.
“Ruang Inspirasi atas Kegelisahan menjadi semangat baru untuk bergerak maju mendobrak sendi-sendi neo-liberalisme.”
Terinspirasi dari kalimat sederhana diatas, kami menyakini akan sebuah usaha yang harus dilakukan, karena tantangan dari proses kerja organisatoris maupun kultural tidak akan pernah terwujud dengan berpangku tangan, mengkhayal serta mimpi-mimpi kosong, begitupun sebaliknya khayalan serta mimpi-mimpi itu akan terwujud dengan sebuah keyakinan dan keteguhan komitmen untuk bekerja merealisasikan semua konsep yang ada. Memang sendah menjadi suatu tantangan dan hambatan yang harus dihadapai, mungkin juga suatu penyakit akut yang memerlukan obat mujarab untuk mendiognosanya, ataupun ada sebuah kesalahan dalam menjalankan proses kederisasi dan belum tuntas dalam memahami nilai-nilai kultural PMII sehingga kesadaran dari individu kader terlibih struktural itu sendiri belum terbangun suatu tanggung jawab moral struktural yang harus dilaksanakan belum direalisasikan.

PMII adalah organisasi kader yang masih setia pada moral force nya dengan dinamika gerakannya yang mengalami pasang surut, tetapi bukan berarti diam terbujur kaku tanpa harus berbuat apa-apa, PMII terlahir dari rahim gerakan Revolisioner dari jiwa-jiwa yang memegang teguh komitmen kebangsaan, keagamaan, khususnya Ahlu Sunnah Wal Jama’ah. Suatu komitmen yang dibangun para Founding Father PMII yang harus kita pertahankan dan perjuangkan sehinggan jangan sampai menjadi lembaran kosong. Perwujudan dalam membangaun cita-cita gerakan ini tidak akan pernah terwujud hanya mengandalkan individu ataupun orang lain, melainkan dituntut kesadaran individu kader yang terakumulasi dalam kilektifitas kerja organistoris, seyogya nya hal ini menjadi catatan penting yang harus digaris bawahi, disinilah pemahaman yang harus ditekankan oleh seorang kader dalam mngemban suatu amanah, komitmen dan gerakan sehingga loyalitas, integritas, serta komitmen perjuamgam teruji. Ada sebuah pola pikir yang salah dlam memahami tanggungjawab organisasi berikut yang mencakup didalamnya (materi dan moril) diserahkan kepada individu saja, hal semacam itu akan menjadi suatu virus yang mematikan mentalitas kader.

Sebagai langkah awal kaderisasi dalam peruatan mentalitas, karakteristik, serta penegasan komitmen gerakan sering kali kita terjebak dengan tawaran pragmatis yang meggiurkan, seolah-olah hal semacam itu menjadi jalan penyelesaian dari tantangan yang dihadapi. Padahal sebenarnya kita seang menjalani sebuah proses yang mesti secara cermat kita sikapi, yang nantunya apakah kita bisa melaluinya sebagai pemenang sejati (dalm tanda petik) atau pecundang sejati. Atau bahkan seringkali kita dihadapkan pada persoalan klasik, baik bersifat individu atau kelektifitas organisasi yang man keduanya saling berkaitan, sehingga disadari ataupun tidak akan berimbas paa kinerja kaderisasi yang menjadi dasar organisasi PMII. Disinilah letak persoalan krusial dalam pembangunan organisasi, dimana mentalitas, komitmen, dan juga karakteristik individu sedang diuji dengan berbagai persoalan yang berjubel datang secara bertubi-tubi. Ketika dalam penyikapan persoalan semacam itu hanya mengandalkan konseptual yang kelaur dari polesan kata-kata bibir saja, tanpa adanya sebuah kerja kobgkrit dari bangunan komunikasi dan kesadaran kolektifitas organisasi maupun individu kader, maka sekali lagi idealitas itu tidak akan pernah terwujud.
“Tak seorangpun menggurui yang lain, dan tak seorangpun mengajari dirinya sendiri, kita belajar satu sama lain dipelantarai oleh kenyataan dunia disekitar kita.”
(Paulo Priere)
Mengutip dari ungkapan diatas, jelas bahwa bengunan komunikasi antar sesama tidak dapat disekat dengan status maupun posisi sosial manapun, yakni ketika seorang guru yang hakikatnya tidak harus memaksakan muridnya menjadi dirinya, melainkan dengan bengunan komunikasi yang seimbang dari kedua posisi tersebutm agar persoalan-persoalan yang dihadapi oleh kedua pihak bisa terselesaikan. Disinalah letak bangunan komunikasi yang efektif sehingga persoalan-persoalan individu dengan sendirinya bisa teratasi, terlepas dari persoalan dogmatis yang selalu mengkekang kreatifetas serta kebebasan individu sehingga manjadi manusia itunkerdil.
“Kerja kongkrit (tindakan nyata) lebih berharga ketimbang polesan kata-kata yang keluar dari bibir.”
Ketika sebuah realitas diatas dikaitkan dengan mementum diskusi ini, maka kita bisa melihat sebuah realitas dari proses kaderisasi yang terjadi selama ini, diman kinerja struktural sangat diperhitungkan dalam melahirkan kader-kader yang bisa ngeceng bahkan impoten yang kan menjadi esafet kepemimpinan kedepan yang lebih baik. Ada sebuah benang merah yang bisa ditarik dari persoalan-persoalan yang menjadi bahan refleksi bersama. Pertama, suatu tanggung jawab kader terhadap bengunan komitmen yang harus berpegang teguh terhadap nilai-nilai kultural dalam menjaga idealisme sebagai modal dasar grakan. Kedua, bengunan komunikasi yang inten terhadap kader sebagai perwujudan sikap individu dengan ensitas komunitas yang tidak bisa terpisahlkan. Ketiga, penguatan mentalitas sebagai tameng untuk menghadang hantaman realitas yang semakin menggila yang dibarengi dengan penguatan intelektual sebagai makanan pokok yang menjadi dasar pijakan semua kader. Beberapa poin diatas sebagi pekerjaan rumah yang menjadi prioritas kaderisasi kedepan, terlepas dari hasil yang dicapai bukan kesuksesan yang menjadi klaim individu maupun struktur karena sebuah proses lebih berharga dan bermakna ketimbang hasil yang diraih dan dinikmati.
“Semoga kita tidak termasuk kaer-kader yang terbujur kaku baik jasad maupun ruh gerakan.”
Mungkin ulasan yang sangat singkat dan sederhana ini bisa membantu atas kinerja kaderisasi kedepan, suatu konsekuensi yang harus sehabat-sahabat korbankan baik pikiran, tenaga, maupun harta bahkan harus rela meninggalkan kepentingan individu untuk melakukan proses kaderisasi. Kami yakin Tuhan memberikan jalan yang terbaik, keyakinan pun semakin tebal dalam hati kami bahwa Tuhan akan tetap bersama kita.
Inspirasi atas Kegelisahan
Oleh : Deramsyar
Salam pergerakan !

Semangat pergerakan akan terlahir dari jiwa_jiwa yang bergerak,gerak dalam artian merubah keadaan yang stagnan menjadi dinamis< dari ruang kegelisahan yang menginginkan perubahan kearah yang lebih baik. Dengan berpeganag pada komitmen untuk mengemban amanah struktural maupun kultural sebagai perwujudan dari visi misi gerakan, yakni terlahirnya militansi kader dari dinamika komunitas PMII yang ada agar mampu menyikapi realitas sosial yang sudah menggila sebagai wujud kongkrit kiprah PMII untuk bangsa dan Negara.
Berangkat dari sebuah realitas diatas, kami pun menyadari akan sebauh proses yang harus dijalani, karena kami pun menyakini sebuah idealitas tidak akan pernah terwujud tanpa adanya aktifitas yang kongkrit.
“Ruang Inspirasi atas Kegelisahan menjadi semangat baru untuk bergerak maju mendobrak sendi-sendi neo-liberalisme.”
Terinspirasi dari kalimat sederhana diatas, kami menyakini akan sebuah usaha yang harus dilakukan, karena tantangan dari proses kerja organisatoris maupun kultural tidak akan pernah terwujud dengan berpangku tangan, mengkhayal serta mimpi-mimpi kosong, begitupun sebaliknya khayalan serta mimpi-mimpi itu akan terwujud dengan sebuah keyakinan dan keteguhan komitmen untuk bekerja merealisasikan semua konsep yang ada. Memang sendah menjadi suatu tantangan dan hambatan yang harus dihadapai, mungkin juga suatu penyakit akut yang memerlukan obat mujarab untuk mendiognosanya, ataupun ada sebuah kesalahan dalam menjalankan proses kederisasi dan belum tuntas dalam memahami nilai-nilai kultural PMII sehingga kesadaran dari individu kader terlibih struktural itu sendiri belum terbangun suatu tanggung jawab moral struktural yang harus dilaksanakan belum direalisasikan.

PMII adalah organisasi kader yang masih setia pada moral force nya dengan dinamika gerakannya yang mengalami pasang surut, tetapi bukan berarti diam terbujur kaku tanpa harus berbuat apa-apa, PMII terlahir dari rahim gerakan Revolisioner dari jiwa-jiwa yang memegang teguh komitmen kebangsaan, keagamaan, khususnya Ahlu Sunnah Wal Jama’ah. Suatu komitmen yang dibangun para Founding Father PMII yang harus kita pertahankan dan perjuangkan sehinggan jangan sampai menjadi lembaran kosong. Perwujudan dalam membangaun cita-cita gerakan ini tidak akan pernah terwujud hanya mengandalkan individu ataupun orang lain, melainkan dituntut kesadaran individu kader yang terakumulasi dalam kilektifitas kerja organistoris, seyogya nya hal ini menjadi catatan penting yang harus digaris bawahi, disinilah pemahaman yang harus ditekankan oleh seorang kader dalam mngemban suatu amanah, komitmen dan gerakan sehingga loyalitas, integritas, serta komitmen perjuamgam teruji. Ada sebuah pola pikir yang salah dlam memahami tanggungjawab organisasi berikut yang mencakup didalamnya (materi dan moril) diserahkan kepada individu saja, hal semacam itu akan menjadi suatu virus yang mematikan mentalitas kader.

Sebagai langkah awal kaderisasi dalam peruatan mentalitas, karakteristik, serta penegasan komitmen gerakan sering kali kita terjebak dengan tawaran pragmatis yang meggiurkan, seolah-olah hal semacam itu menjadi jalan penyelesaian dari tantangan yang dihadapi. Padahal sebenarnya kita seang menjalani sebuah proses yang mesti secara cermat kita sikapi, yang nantunya apakah kita bisa melaluinya sebagai pemenang sejati (dalm tanda petik) atau pecundang sejati. Atau bahkan seringkali kita dihadapkan pada persoalan klasik, baik bersifat individu atau kelektifitas organisasi yang man keduanya saling berkaitan, sehingga disadari ataupun tidak akan berimbas paa kinerja kaderisasi yang menjadi dasar organisasi PMII. Disinilah letak persoalan krusial dalam pembangunan organisasi, dimana mentalitas, komitmen, dan juga karakteristik individu sedang diuji dengan berbagai persoalan yang berjubel datang secara bertubi-tubi. Ketika dalam penyikapan persoalan semacam itu hanya mengandalkan konseptual yang kelaur dari polesan kata-kata bibir saja, tanpa adanya sebuah kerja kobgkrit dari bangunan komunikasi dan kesadaran kolektifitas organisasi maupun individu kader, maka sekali lagi idealitas itu tidak akan pernah terwujud.
“Tak seorangpun menggurui yang lain, dan tak seorangpun mengajari dirinya sendiri, kita belajar satu sama lain dipelantarai oleh kenyataan dunia disekitar kita.”
(Paulo Priere)
Mengutip dari ungkapan diatas, jelas bahwa bengunan komunikasi antar sesama tidak dapat disekat dengan status maupun posisi sosial manapun, yakni ketika seorang guru yang hakikatnya tidak harus memaksakan muridnya menjadi dirinya, melainkan dengan bengunan komunikasi yang seimbang dari kedua posisi tersebutm agar persoalan-persoalan yang dihadapi oleh kedua pihak bisa terselesaikan. Disinalah letak bangunan komunikasi yang efektif sehingga persoalan-persoalan individu dengan sendirinya bisa teratasi, terlepas dari persoalan dogmatis yang selalu mengkekang kreatifetas serta kebebasan individu sehingga manjadi manusia itunkerdil.
“Kerja kongkrit (tindakan nyata) lebih berharga ketimbang polesan kata-kata yang keluar dari bibir.”
Ketika sebuah realitas diatas dikaitkan dengan mementum diskusi ini, maka kita bisa melihat sebuah realitas dari proses kaderisasi yang terjadi selama ini, diman kinerja struktural sangat diperhitungkan dalam melahirkan kader-kader yang bisa ngeceng bahkan impoten yang kan menjadi esafet kepemimpinan kedepan yang lebih baik. Ada sebuah benang merah yang bisa ditarik dari persoalan-persoalan yang menjadi bahan refleksi bersama. Pertama, suatu tanggung jawab kader terhadap bengunan komitmen yang harus berpegang teguh terhadap nilai-nilai kultural dalam menjaga idealisme sebagai modal dasar grakan. Kedua, bengunan komunikasi yang inten terhadap kader sebagai perwujudan sikap individu dengan ensitas komunitas yang tidak bisa terpisahlkan. Ketiga, penguatan mentalitas sebagai tameng untuk menghadang hantaman realitas yang semakin menggila yang dibarengi dengan penguatan intelektual sebagai makanan pokok yang menjadi dasar pijakan semua kader. Beberapa poin diatas sebagi pekerjaan rumah yang menjadi prioritas kaderisasi kedepan, terlepas dari hasil yang dicapai bukan kesuksesan yang menjadi klaim individu maupun struktur karena sebuah proses lebih berharga dan bermakna ketimbang hasil yang diraih dan dinikmati.
“Semoga kita tidak termasuk kaer-kader yang terbujur kaku baik jasad maupun ruh gerakan.”
Mungkin ulasan yang sangat singkat dan sederhana ini bisa membantu atas kinerja kaderisasi kedepan, suatu konsekuensi yang harus sehabat-sahabat korbankan baik pikiran, tenaga, maupun harta bahkan harus rela meninggalkan kepentingan individu untuk melakukan proses kaderisasi. Kami yakin Tuhan memberikan jalan yang terbaik, keyakinan pun semakin tebal dalam hati kami bahwa Tuhan akan tetap bersama kita.

Minggu, 03 Juli 2011

makalah wanita

Selamatkanlah Kaum Wanita
Oleh : Deramsyar
Pada masa modern ini, pembicaraan tentang wanita adalah termasuk pembicaraan yang telah menyita banyak waktu semua orang, dari kalangan intelektual maupun dari kalangan awam. Betapa tidak, kaum wanita dengan kelemahlembutannya dapat melakukan hal-hal spektakuler yang dapat mengguncangkan dunia. Dengan kelemahlembutannya itu ia dapat melahirkan tokoh-tokoh besar yang dapat membangun dunia. Namun dengan kelemahlembutannya pulalah ia dapat menjadi penghancur dunia yang paling potensial.
Siapapun yang mencoba mempelajari kondisi kaum wanita sebelum Islam maka ia temukan hanyalah sekumpulan fakta yang tidak menggembirakan. Ia akan terheran-heran menyaksikan kondisi kaum wanita yang sangat berbeda antara suatu bangsa dengan bangsa yang lain, bahkan antara satu suku dengan suku yang lain. Di suatu bangsa ia melihat kaum wanita menjadi penguasa tertinggi, sementara pada bangsa yang lain mereka manjadi makhluk yang terhina dan dianggap aib bahkan dikubur hidup-hidup.
Itulah kondisi kaum wanita di masa jahiliyah; ibarat barang yang terhina dalam keluarga dan masyarakat, diperbudak oleh kaum pria. Hari kelahirannya adalah hari di mana semua wajah menjadi kecewa, dan tidak lama kemudian ia akan dikubur hidup-hidup dalam kubangan tanah yang digali oleh ayahnya sendiri. Inilah akibat dari jauhnya akal masyarakat dari cahaya wahyu. Inilah gambaran umat yang dilahirkan oleh berhalaisme dan dididik oleh para tukang sihir dan peramal.
Pahamlah kita bagaimana kejahiliyahan menenggelamkan masyarakat Arab saat itu ke dalam pojok-pojok kegelapan peradaban, hingga akhirnya terbitlah fajar Islam lalu terdengarlah di penjuru dunia untuk pertama kalinya. Islam bahkan telah menjadikan ibu sebagai orang yang lebih dihormati daripada seorang ayah.
قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ أَبُرُّ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أَبَاكَ. (رواه البخاري ومسلم).
Seorang pria bertanya: “Wahai Rasulullah! Kepada siapakah aku berbakti?” Beliau menjawab: ”Ibumu” Ia bertanya lagi: “lalu kepada siapa?” beliau menjawab: “Ibumu.” kemudian ia bertanya lagi: “lalu kepada siapa ? beliau menjawab: “Ibumu” kemudian ia bertanya lagi “lalu kepada siapa ?” barulah beliau berkata: “ayahmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Islam telah meletakkan jalinan yang kuat dan kokoh untuk menjaga kaum wanita. Bila mereka berpegang padanya mereka akan selamat, sebaliknya bila mereka menyia-nyiakannya maka mereka akan sesat dan binasa. Jalinan itu adalah sifat “Al-Hasymah” (bersikap malu) dan “Al-Afaf” (menjaga kesucian) yang kemudian memberikan konsekwensi agar seorang wanita mengenakan hijab syar’i, dan menghindari percampurbauran dengan kaum pria; yang semuanya itu menjadikannya ibarat sebuah permata bernilai tinggi di kedalaman lautan yang tidak di jamah kecuali orang yang berhak untuk itu. Islam memandang bahwa percampurbauran antara pria dan wanita (ikhthilath) sebagai sebuah bahaya yang sangat nyata, oleh karena itu Islam mencegahnya dan menggantinya dengan mensyariatkan pernikahan.
Ketahuilah bahwa musuh-musuh Islam telah mengetahui bagaimana nilai hijab syar’i dalam melindungi seorang muslimah, dalam menjaga kesucian dan kemuliaannya. Oleh karena itu, kita dapat melihat bagaimana mereka memerangi hijab muslimah tanpa ampun. Suatu waktu mereka menyebutnya sebagai sebuah kedzaliman dan kejahatan atas wanita., atau sebagai penghalang yang merintangi berkembangnya dunia ketiga, atau dikali lain mereka menyebutnya sebagai budaya Arab saja.
Siapapun di dunia ini yang memiliki akal sehat akan dapat melihat permusuhan yang amat nyata dari kaum Yahudi dan Nashrani khususnya kepada umat Islam. Semuanya dapat melihat dengan jelas bagaimana mereka selalu menjadikan wanita muslimah sebagai sasaran mereka. Bukankah kaum Yahudi telah memancangkan permusuhannya terhadap hijab sejak mereka mengatur siasat untuk merobek hijab seorang muslimah dan menampakkan auratnya di pasar Bani Qainuqa’??!.Dan hingga kinipun, permusuhan itu tetap membara, sebab mereka mengetahui bahwa rusaknya kaum wanita pertanda rusaknya tatanan masyarakat, sebagaimana semboyan dalam Islam yang mengatakan “Annissa ‘imaadul bilaad idza sholuhat soluhal bilaad kulluh, wa idza fasadat fasadal kulluh” (artinya wanita itu tiang negara, bila baik maka baiklah negara, dan bila wanita rusak, rusaklah negara).
Namun sangat disayangkan, entah berapa banyak dari kaum muslimah yang menyerahkan diri mereka kepada tipu-daya mereka. Entah berapa banyak dari kaum muslimah yang turut serta membantu mereka memerangi hijab syar’i ini. Mereka inilah para korban “brain washing” yang dilancarkan oleh kaum kafir dalam berbagai aspek kehidupan.
Sesungguhnya wanita-wanita, saudari-saudari kita, dan putri-putri kita adalah bunga-bunga yang menghiasi taman kehidupan kita. Mereka adalah belahan hati kita semua. Namun hampir-hampir saja kita tidak lagi dapat merasakan keindahan bunga itu karena ada sebuah tiupan angin kencang yang sebentar lagi akan merenggutnya. Apakah kita sekalian mengetahui angin kencang apakah itu?.Ia adalah angin westernisasi yang mengajak mereka melepaskan hijabnya, yang mendorong mereka untuk bercampur baur dengan kaum pria dan membisiki mereka agar membuang rasa malu mereka untuk bercampur-baur dengan kaum pria. Angin kencang ini ditiupkan melalui lembaran-lembaran surat kabar dan majalah, melalui roman-roman percintaan, melalui siaran-siaran televisi dan radio atau media-media informasi lainnya.
Mereka telah mendorong kaum wanita mengubur sendiri dirinya hidup-hidup;bukan di dalam tanah, tetapi karena sifat malu mereka yang telah hilang, kehormatan mereka yang tercabik-cabik, dan kesucian mereka yang telah ternoda! lalu apakah gunanya hidup mereka setelah itu? Mereka telah melakukan perbuatan yang lebih keji dari apa yang pernah terjadi di masa Jahiliyah dulu. Namun di zaman ini, para wanita itulah yang mengubur dirinya sendiri hingga hilang rasa malu. Dan balasan untuk mereka pun begitu menakutkan, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda tentang wanita yang seperti ini:
وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا.
“Dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang yang melenggak lenggok, kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk onta, mereka itu tidak akan masuk Surga dan tidak mendapatkan baunya.” (HR. Muslim).
Ketika berbicara wanita tidak terlepas dari yang namanya istri. Pondasi istri yang sholihah yaitu mereka yang menjaga kehormatan pribadi dan yang menjadi tanggungannya, karena kalau kita lihat secara harfiah kata ISTRI dapat kita uraikan satu persatu dari kata istri tersebut.
Huruf I (dari kata istri) menandakan Iman, Islam, Ihsan yang harus dimiliki oleh seorang istri sholihah dengan terus mempertahankan dan meningkatkan keimanan, keislaman, dan keihsanan dalam berbagai situasi dan kondisi. Huruf S (dari kata istri) dapat diuraikan sebagai kata dari sabar, sholat, shidiq, dengan kata lain bahwa seorang istri sholihah harus memiliki jiwa kesabaran dalam mengurus rumah tangga dan menjadi penyejuk bagi suami dan putra-putrinya. Sedangkan sholat, merupakan kewajiban bagi pemeluk Islam sedangkan khususnya bagi istri dengan menjaga sholatnya bararti telah menghidupkan cahaya dalam rumahnya dan menjadi benteng, Allah berfirman :
اِنَّ الصَّلوَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
(Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar).
Huruf T (dari kata istri) dapat diuraikan menjadi taat, apakah kepada suami atau aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh syar’i. Huruf R (dari kata istri) dapat diambil dari kata Ridho, istri yang sholeh haruslah ridho dan menerima akan kemampuan suaminya, baik yang bersifat materi maupun non materi bahkan harus mensyukurinya. Huruf I (dari kata istri) adalah istiqomah, maksudnya bahwa istri sholehah haruslah istiqomah dalam melakukan segala aktivitas di dalam rumah tangga.
Kaum muslimah para hamba Allah yang berbahagia! melalui pengajian bulanan yang mulia ini marilah kita jaga martabat wanita dengan jalan terus mendekatkan diri kita kepada Allah dan menjalankan hak-hak kita selaku kaum wanita, demi terciptanya kelestarian kehidupan di dunia ini, karena hanya kaum wanitalah yang diberikan kelebihan oleh Allah untuk melahirkan seorang anak, yang tentunya generasi yang unggul.

artikel deramsyar

Berartikah Pendidikan Mental
Oleh : Deramsyar

Perkembangan pemikiran tentang pendidikan sejak dahulu sampai sekarang semakin maju. Hal itu disebabkan oleh kesadaran keseriusan yang tinggi di kalangan ilmuwan untuk memecahkan masalah pendidikan secara dinamis. Dewasa ini perkembangan masyarakat telah menunjukan sikap yang kritis dan memiliki pandangan serta wawasan yang luas. Mereka telah mengerti berbagai hal termasuk arti dari kualitas suatu kegiatan; karenanya tuntutan mereka tidak kecil terutama terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

Pendidikan formal dinegeri ini tampaknya hanya mengejar nilai-nilai lahiriyah semata, seperti prestasi akademik, keunggulan akademik, raport, ijazah, dan ikut wisuda. Sedangkan, nilai yang terkait dengan “sikap mental” kurang jadi perhatian bahkan terkadang terpikir dalam benak berartikah dan terwujudkan pendidikan mental dan akhlak???.

Sehingga banyak yang lulus menjadi Pejabat, dosen, guru, dan yang lainnya bahkan bangga menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) dengan penghasilan yang masyarakat beranggapan gaji mereka besar dan bisa mencukupi segala kebutuhan mereka. Asumsi lain mengatakan banyak mahasiswa yang lulus cumlaude, namun punya mental bobrok. Lulus dengan predikat summa cumlaude, tapi mentalnya masih mental korup. Tidak sedikit para petinggi, pejabat, pemimpin, wakil rakyat, atau pemegang kebijakan penting masih punya jiwa dan mental yang tidak sepadan dengan gelar pendidikannya, sebagai contoh kepala sekolah SMA dimana penulis bekerja dan dosen penulis yang notabene memiliki pendidikan agama lebih tinggi tapi apa yang terjadi kebobrokan terselimuti kabut tebal dan berhias pelangi yang penuh dengan warna. Aneh bukan ??? maka dimanakah pendidikan mental dan akhlak itu berada?

Djatnika (1996:17) dalam bukunya Etika Islami mengatakan bahwa dalam hidupnya manusia selalu mencari kebahagiaan (happines) dan seterusnya. Secara instink mencari kebahagiaan yang tinggi ”universal happines” merupakan kebutuhan manusia, tidak ada seorangpun manusia selagi masih sehat akalnya yang ingin celaka, melarat atau gagal dalam hidupnya. Setiap manusia dipastikan mempunyai tujuan yang ingin dicapainya. Namum mestikah demi kebahagian dan menggapai mimpi harus menghalalkan segala cara bahkan mengabaikan kewajiban, seperti kisah yang terjadi dibangku perkuliahan sekolah Tinggi apapun namanya banyak mahasiswa yang beranggapan pendidikan tidak berlaku tapi hanya secarik kertas yang menunjukan bahwa lulus menjadi sarjana itu yang dibutuhkan. Salahkah penulis menilai sehelai kertas lebih dikejar bahkan diperaruhkan dari pada pendidikan. Pendidikan mental yang dirancang dan akhlak yang ditanamkan dari dini akhirnya tumbang diterpa badai impian mengejar kabahagian duniawi.

Kehidupan modern dewasa ini telah tampil dalam dua wajah yang antagonistik. Di satu sisi modernisme telah berhasil mewujudkan kemajuan yang spektakuler, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sisi lain, ia telah menampilkan wajah kemanusiaan yang buram berupa kemanusiaan modern sebagai kesengsaraan rohaniah. Modernitas telah menyeret manusia pada kegersangan spiritual. Ekses ini merupakan konsekuensi logis dari paradigma modernisme yang terlalu bersifat materialistik dan mekanistik, dan unsur nilai-nilai normatif yang telah terabaikan. Hingga melahirkan problem-problem kejiwaan yang variatif.

Ironisnya, masalah kejiwaan yang dihadapi individu sering mendapat reaksi negatif dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Secara singkat lahirnya stigma ditimbulkan oleh keterbatasan pemahaman masyarakat mengenai etiologi gangguan jiwa, di samping karena nilai-nilai tradisi dan budaya yang masih kuat berakar, sehingga gangguan jiwa sering kali dikaitkan oleh kepercayaan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karenanya, masih ada sebagian masyarakat yang tidak mau terbuka dengan penjelasan-penjelasan yang lebih ilmiah (rasional dan obyektif) dan memilih untuk mengenyampingkan perawatan medis dan psikiatris terhadap gangguan jiwa.

Di dalam Al-Qur’an sebagai dasar dan sumber ajaran islam banyak ditemui ayat-ayat yang berhubungan dengan ketenangan dan kebahagiaan jiwa sebagai hal yang prinsipil dalam kesehatan mental. Ayat-ayat tersebut adalah:

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara merek seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (keadaan nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (Q.S. 3: 164)

Dalam hadits Rasulullah dijelaskan juga yaitu:
“ Sesungguhnya aku diutus oleh Allah adalah bertugas untuk menyempurnakan kemulian Akhlak manusia”.
Dengan kejelasan ayat Al-Qur’an dan hadits diatas dapat ditegaskan bahwa kesehatan mental (shihiyat al nafs) dalam arti yang luas adalah tujuan dari risalah Nabi Muhammad SAW diangkat jadi rasul Allah SWT, karena asas, cirri, karakteristik dan sifat dari orang yang bermental itu terkandung dalam misi dan tujuan risalahnya. Dan juga dalam hal ini al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk, obat, rahmat dan mu’jizat (pengajaran) bagi kehidupan jiwa manusia dalam menuju kebahagian dan peningkatan kualitasnya sebagai mana yang ditegaskan dalam ayat berikut:
Artinya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali Imran: 104)
Perbuatan seseorang merupakan perwujudan akhlak yang dimilikinya. Oleh karena itu, akhlak dalam Islam menjadi hal yang sangat penting. Seorang pendidik teladan harus mematuhi etika – etika kependidikan. Berdasarkan UUD 1945, pemerintah RI menetapkan kode etik guru. Namun semua itu hhanya sekadar kode samata, nahkan pemaru undang-undangnya tak mengerti tentang bagaimana penerapan atau prakteknya.

Oleh sebab itu, sudah saatnya pendidikan mental akhlak perlu di terapkan dimanapun dan kapanpun diawalai dari pribadi masing-masing dan pemengbangan di masyarakat yang menunjukan keteladanan hirarki. Karena kita hidup tak hanya sekadar mengejar kabahagian akan tetapi ketenangan jiwa.
Orang yang hidup senang belum tentu memiliki ketenangan,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

artikel deramsyar

MENGEJAR IMPIAN
Oleh : Deramsyar

Berawal dari ketidakpuasan dan merasa menjadi orang yang kurang berilmu dan tak pandai dalam berbicara di depan khalayak, saya tergugah dan ingin berubah bagaimana caranya saya bisa menjadi orang yang sukses dalam ilmu dan berbicara hingga mendaptkan apa yang diinginkan.
Tergugahlah hati nurani saya untuk bergerak menjadi apa yang di inginkan. Namun semua itu tidak berjalan dengan mudah. Dibangku perkuliahan saya mulai menjadi orang yang dilebih tapi sebenarnya itu belum sesuai dengan apa yang saya impikan, buku demi buku saya baca meskipun awalnya merasa segan dan bosan. Waktupun berjalan hingga akhirnya saya menemukan bacaan yang menggugah hati untuk menjadi penulis yang menuangkan pikiran dan ide berlandaskan perasaan mengejar mimpi.
Ketika saya membaca buku Ide dan Kata menguak dunia karya MH Munif, Lincah Menulis dan Berbicara karya Asep Syamsul M. Romli dan Chabge your Dreams karya Enjang AS, jari saya mulai berayun di keyboard untuk menuangkan apa yang ada dalam benak dan perasaan serta motivasi untuk membaca buku semakin panas. Buku demi buku mulai saya belai satu persatu meskipun sebenarnya saya tak pernah membeli buku, setaip kali saya perlu membaca maka kakipun muali melenggang menuju perpustakan pemerintah daerah yang jaraknya tidak begitu jauh dari kediam saya dan tiap kali berkunjung kesekolah yang terjejer buku bacaan dirak buku perpustakaan, tanganpun bergerayangan meraba buku satu persatu dan mata melirik judul buku yang menyejukan mata hingga akhirnya buku itu kurebut dan ku baca.
Mengjar impian adalah awal dari sebuah motivasi diri untuk merubah menjadi lebih baik dari sebelumnya, meski tulisan ini belum sesuai dengan koridor dan ketetuan yang berlaku. Rasa bingung menghantui terus dan berpikir apa yang mesti saya tulis....?????
James Kenny dan Mery Kenny dalam buku mereka Whole Life Parenting yang saya kutip dari buku Ide dan Kata menguak Dunia disitu tertulis :
Alam penuh dengan keajaiban. Awan gas hari ini akan menjadi bintang di masa depan. Anak angsa yang buruk dan menjijikan itu, pada suatu ketika akan menjadi angsa yang menarik.
Metamorfosa tak pernah lebih paradoksal daripada saat ulat yang tidak lincah dan lamban itu memintal kepongpong kemidian muncullah kupu-kupu yang halus dan indah, seolaolah hasil tipu daya seorang pesulap.
Bayangkan seekor berudu yang berenang-ranang di kolam. Bila selamt, tidak dimakan oleh binatang-binatang lain penghuni kolam itu, keempat kakinya akan tumbuh lalu akan meningglkan air dan duduk diatas teratai serta menghabiskan senja harinya sebagai seekor katak yang membuat suara riuh rendah. Didalam dongeng, beberapa katak yang beruntung akan dicium oleh putri-putri kayangan dan mereka itu menjadi pangeran.

Disini saya mulai berpikir mengapa saya tidak,,, ????
Saya berawal dari seorang yang bodoh dan dicemooh namun suatu saat nanti perubahan akan terjadi. Sodaraku Tuhan pun berpesan pada hambanya melalui firmannya yang mulia “ Allah tidah akan mrubah suatu kaum terkecuali kaum tersebut mau berubah” maka mulailah berubah menuju impian, berlari mengejar impian merupakan hal yang terindah. Matapun merasa tak lelah memandang goresan harya-karya penulis yang menggugah inspirasi, jari jemaripun melenggang dengan indanya, dan pikiranpun berpancar bak air mengalir dari hilir kehulu.

Dalam buku Change your Dreams “ KEKUATAN BESAR “ Mungkin kamu pernah mendengar kata-kata ini,,,,,
“Apa yang ada dihadapan dan apa yang ada dibelakang kamu hanyalah hal-hal kecil apabila dibandingkan dengan apa yang ada didalam diri kamu”
Kata-kata ini berasal dari orang yang tergolong sukses Oliver Wendell Holmes.. yang kita butuhkan untuk meraih segala angan dalam hidup ini ada di dalam diri kamu. Maka pantaslah hari ini saya mulai memusatkan diri pada potensi dalam diri yang berawal dari rasa ingin tahu dan ingin menjadi sukses tak bersandar pada kesuksesan orang tua. Hidup ini indah bila bermanfat bagi orang lain meskipun hanya sedikit yang bisa kita lakukan. Jangan berharap banyak pada hasil namun yang penting bergeraklah dahulu. Jangan hanya diam terpaku dan termenung menunggu matahari terbenam di upuk barat, kita tidak akan menjadi penulis kecuali bila mengetahui bagaimana seorang penulis membuat tulisan, kita tidak bisa menjadi orator yang handal kecuali mengetahui bangimana seorang orator berbicara. Jangan setangah hati dalam menjalini suatu hal seperti kata pepatah orang sunda “Tong sapotong-sapotong engkena sok kosong molompong” artinya jangan setengah-setangah nantinya tidak akan memiliki makna atau arti.

Berawal dari mimpi,,,,,
Beralari mengejar impian,,,,
Sukses mejadi pigur idaman,,,,

”Jika engkau ingin hidup senang ,maka hendaklah engkau rela di anggap sebagai tidak berakal atau di anggap orang bodoh”.