Romantic

Romantic
Cinta dan Harapan

Senin, 05 Desember 2011

novel singkat

PESONA BIDADARI
Oleh Deramsyar
Secrets of the Heart
KAHLIL GIBRAN
K
emankah engkau akan memanduku, oh... Bidadari yang mempesona, dan berapa lama lagi kuikuti jejakmu dijalan berliku ini dengan duri? Berapa lama kita akan naik dan turun dijalan yang berliku ini dengan penuh kesakitan?
Bak seorang bocah mengikuti ibunya, kuikuti engkau, memegangi ujung gaunmu, melupakan impian-impianku, dan menatap kecantikanmu yang menyilaukan mataku di bawah pesona, demi perarakan hantu-hantu yang melayang-layang di atasku, dan menarikmu lewat suatu kekuatan batin di dalam diriku tak bisa kusangkal.
Berhentilah sejenak, biarkan aku memandangi wajahmu; dan memandang diriku ; mungkin aku dapat mempelajari rahasia-rahasia hatimu melalui tatapanmu yang ganjil.
Berhentilah dan beristirahatlah, lantaran aku letih dan sukmaku bergetar karena takut di atas jalan mengerikan ini.
Berhentilah, karena kita telah mencapai persimpangan yang mengerikan dimana kematian memeluk kehidupan.
Oh bidadari, dengarkan aku.. Aku bebas bagai burung, menyelidik lembah-ngarai dan hutan belantara, dan terbang di langit luas. Pada malam hari daku istirahat di atas kuil-kuil dan istana-istana di kota.
Mega-mega berwarna dimana sang surya berjaga di pagi hari dan binasa dihadapan senja.
Daku bak segumpal pikiran, berjalan-jalan sendiri dalam damai menuju timur dan barat semesta, merasa riang akan kecantikan kedalam rahasia yang mata indah dari kebenaran.
Aku bagai sebuah mimpi, pergi dengan diam-diam di bawah sayap-sayap malam yang ramah, masuk malalui tingkap-tingkap tertutup kedalam kamar anak-anaka dara, mempermainkan dan membangkitkan harapan mereka.. Lantas aku duduk dekat anak-anak belia itu dan mengacaukan keinginannya...laku kuperiksa tempat tinggal oang-orang tua dan merasuki pikiran-pikiran mereka dengan kesenangan yang tentaram.
Kemudian engkau menangkap imajiku dan sejak tersihir itu aku merasa seperti seorang tawanan menyerat belenggunya dan dipaksa memasuki sebuah tempat tak dikenal ....
Aku telah mabuk karena menisnya anggurmu yang telah mencuri hasratku, dan kini kutemukan bibirku dengan tajam. Tidakkah engkau melihat dengan mata batinmu yang menghancurkan hatiku?
Berhenti sejenak, kuperoleh kembali kekuatanku dan melepas kepenatan kakiku dari rantai-rantai yang berat. Telah aku pecahkan cawan dimana aku meminum racun nikmat...
Tapi kini aku berada di suatu negeri asing dan membingungkan; jalan mana yang akan kutumpuh?
Kebebasan telah pulih, akankah kini engkau mengakui aku sebagai seorang sahabat sejati, yang memandang mata sang surya dengan mata terbuka dan memegang bara api dengan jari-jemari yang tak bergetar?
Telah kurentangkan sayap-sayapku dan daku siap melayang; akankah engkau menyertai seorang pemuda melewatkan hari-hari pengembaraannya, melintasi gunung-gunung bagai elang, melawatkan malam-malam dalam pengembaraannya di gurun-gurun bagai singa yang gelisah?
Akankah engkau mengisi dirimu dengan kasih sayang seseorang yang memandang cinta hanya seperti seorang penghjibur, dan menolak menerimanya sebagai mejikannya?
Akankah engkau menerima segemgam hati yang mencinta, namun tak pernah meleleh?
Akankah engakau merasa senang dengan jiwa yang menggigil di hadapan prahara, namun tak pernah menyerah?
Akankah engaku menerima bahwa seorang budak dapat menjadi seorang merdeka?
Akankah engakau memiliki diriku tapi tidak mengusaiku, dengan mengambil tubuhku dan bukan hatiku?
Inilah tanganku, genggamlah dengan keindahan;
Inilah tubuhku, peluklah dengan tangan cintamu;
Inilah bibirku, berkahilah dengan ciuman mendalam yang memabukan.

Mungkin aku terlahir pada masa yang tidak tepat dimana cinta tidak lebih dari sebuah dongeng indah pengantar tidur Dan ketika aku terbangun esok hari cerita pilu tentang cinta kembali terulang Betapa cinta yang “katanya” indah tak bisa aku temukan

Kita tidak akan sanggup mengekang amarah dan hawa nafsu secara keseluruhan hingga ga’meninggalkan bekas apapun dalam diri kita. Namun jika mencoba untuk me-ngendalikan keduanyadengan cara latihan dan kesungguhan yang kuat, tentu kita akan bisa. (Imam al Ghazali)